Lihat ke Halaman Asli

agus siswanto

tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Bohong, Jika Guru Tidak Merasa Terbebani dengan Berbagai Tugas Administrasi yang Ada!

Diperbarui: 2 Februari 2024   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi guru sedang mengajar (Sumber gambar: ANTARA FOTO via kompas.com)

Dalam sebulan belakangan ini para guru di republik tercinta ini tengah terjebak dalam sebuah agenda kegiatan yang menyita waktu. Ironisnya, agenda ini tidak berkaitan langsung dengan tupoksi mereka sebagai guru.

Baru saja mereka selesai dengan pengajuan RHK lewat PMM, kini muncul tuntutan lain. Tuntutan tersebut berupa pengajuan RHK melalui E-Kinerja.

Kalau dibilang terbebani, jelas iya. Deadline yang disampaikan dari instansi terkait yang begitu mepet, membuat para guru jumpalitan mengejar deadline. Bayangkan saja nota dinas keluar kemarin siang, hari ini perangkat itu harus sudah disetor.

Dampak yang terjadi luar biasa. Penetapan deadline yang begitu mepet dan berkaitan dengan hajat hidup mereka, membuat para guru justru meninggalkan tugas utama mereka.

Beberapa kelas tampak ditinggalkan oleh guru-gurunya, siswa hanya diberikan tugas untuk dikerjakan. Mereka kemudian berjibaku di depan laptop untuk memenuhi tugas administrasi yang tidak langsung berhubungan dengan tupoksi mereka.

Di sisi lain, kepala sekolah sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Himbauan pada para guru untuk tetap mengajar, dianggap angin lalu. Para guru menganggap tugas tersebut jauh lebih penting dibanding berdiri di depan kelas.

Situasi semacam ini jelas sangat ironis. Sementara ketika kelengkapan administrasi dikirim lewat link yang ada, ternyata ditolak karena acuan yang digunakan berubah. Sehingga mau tidak mau kembali ke titik nol lagi.

Hal-hal semacam ini sangat miris. Perintah yang diberikan pada para guru untuk segera mengirim kelengkapan administrasi tersebut, ternyata tidak dibarengi dengan petunjuk yang jelas.

Akhirnya seperti dapat dilihat, para guru pun bolak-balik bekutat dengan laptopnya demi memenuhi tuntutan tersebut. sementara siswa yang seharusnya diajar, justru ditinggalkan.

Hal ini berlaku juga dengan perintah mengikuti webinar pada saat jam pelajaran berlangsung. Dengan iming-iming presensi dan sertifikat, para guru pun kembali meninggalkan siswa-siswanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline