Lihat ke Halaman Asli

Caesar Naibaho

Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Tantangan Kuatkan Literasi Digital, Entaskan Buta Aksara, dan Guru Penggerak

Diperbarui: 5 Februari 2023   09:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para lanjut usia belajar menulis dan membaca untuk memberantas buta huruf.| KOMPAS.com/Ira Rachmawati

"Tujuan Pendidikan dan Pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air."

Membaca buku merupakan kegiatan fundamental penting dari pendidikan. Walau sekarang ini sumber pengetahuan bisa didapat dari berbagai media, namun buku tetap saja memiliki peranan penting dalam membentuk karakter sebuah bangsa.

Jika diteliti lagi dari masa ke masa, dari presiden satu ke presiden berikutnya, sudah banyak membuat kebijakan yang cukup baik untuk mendorong munculnya budaya membaca, seperti membangun perpustakaan-perpustakaan sekolah dan desa, bebas biaya kirim buku setiap tanggal 17 melalui PT Pos, dan sekarang munculnya Gerakan Literasi Nasional.

Walau program tersebut pelan-pelan berhasil menekan angka buta huruf, namun kenyataannya data hasil penelitian yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan angka 3,96% penduduk usia 15 tahun ke atas di Indonesia masih buta huruf di tahun 2021.

Artinya, sekitar empat dari 100 penduduk dewasa di Indonesia masih mengalami buta huruf di tahun 2021. Persentase itu lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 4%.

Memang menunjukkan tren penurunan yang terus berjalan dalam satu decade terakhir, namun kenyataannya sungguh miris karena berbalik dengan fakta untuk anak Indonesia usia 10 tahun ke atas justru meningkat sebesar 0,01 persen dibandingkan tahun lalu.

Berdasarkan data yang dirilis dari Badan Pusat Statistik (BPS), angka buta huruf (ABH) penduduk Indonesia usia 10 tahun ke atas yang tidak dapat membaca dan menulis kalimat sederhana dalam huruf latin, huruf arab, dan huruf lainnya sebesar 3,63 persen di tahun 2021, meningkat 0,01 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 3,62%. Sumber di sini...

Ini pastinya jadi warning atau pengingat bagi semua stake holder pendidikan kita agar semakin gencar dan semakin kuat untuk menggerakkan gerakan Literasi Nasional dan juga tantangan besar bagi dunia pendidikan kita, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk membuat program strategis pengetasan buta huruf ditengah gempuran era digital ini.

Pun untuk guru dan orangtua harus tetap bersinergi, bekerja sama dan saling terbuka dalam mendidik anak. Orangtua harusnya terbuka kepada guru di sekolah tentang kondisi anaknya. 

Orangtua harus dapat menerima keadaan dan kekurangan anaknya dan sama-sama membuat solusi demi kebaikan anak dalam upaya mengentaskan penyakit buta huruf yang masih ada di negeri kita ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline