Lihat ke Halaman Asli

Telisik Data

TERVERIFIKASI

write like nobody will rate you

Tiga Warisan Jenderal Senior Bekal Pilpres Gatot Nurmantyo

Diperbarui: 28 September 2020   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Jokowi bersama Gatot Nurmantyo saat masih menjabat Panglima TNI (Foto: Antara/ Yudhi Mahatma).

Banyak figur militer yang siap maju Pilpres 2024. Dalam perhelatan sebelumnya tahun lalu ada Prabowo dan beberapa sosok lain yang digadang-gadang akan tampil berlaga tetapi akhirnya kandas.

Mayor Agus Yudhoyono sempat di-setting jadi wakil Prabowo tapi gagal. Pasangan sesama militer kurang elok tampaknya. Atau karena AHY kurang modal. Atau bisa juga karena kurang cepat mengambil keputusan deal menebus tiket. Sandiaga Uno yang cepat menebus mahar calon wapres itu. Kabar nilai nominalnya  sampai berkardus-kardus.

Dari kubu  Jokowi  ada Jenderal Moeldoko  yang masuk bursa wakil bersama dua inisial M lainnya. Saat itu publik dibikin penasaran dan menebak-nebak  apakah  Muhaimin Iskandar atau Mahfud MD. Salah semua ternyata.  Kubu Jokowi  ujung-ujungnya memutuskan  Ma'ruf Amin yang menjadi cawapres.

Gatot Nurmantyo sebagai peminat capres potensial,  maunya ada yang maksa-maksa mendukung buat maju plus menyediakan kendaraan politiknya yang siap jalan.

Tapi partai apa yang mau menoleh Gatot selain partai-partai gurem. Yang gede-gede tersedot semua berada di antara  kubu  petahana versus sang penantang lawas, Prabowo. Gatot sadar situasi ini dan lalu mundur teratur.

Namun  setelah pergelaran pemilu selesai, jenderal kelahiran Tegal ini lekas  atur strategi menyongsong  2024 yang sebentar lagi tiba. Ukuran 5 tahun bagi kontestan pilpres itu relatif singkat. Prabowo lebih dari 10 tahun mempersiapkan diri  dan saat ini baru bisa nangkring di kantor Menhan.

Jazilul Fawaiz (kompas.com, 27/09/2020):

“Saya juga husnudzon bahwa Pak Gatot ini juga pengen jadi presiden, ngga ada masalah, karena beliau kan mantan panglima.”

Dengan "terhambatnya" Prabowo menjadi RI-1 berarti figur militer yang berpotensi capres/ cawapres nanti  akan antri menumpuk. Akan tetapi andai pun 2019 kemarin Prabowo menang, hampir pasti dia akan maju lagi untuk berkuasa pada periode kedua. Jadi, anggaplah Prabowo ini calon default dari barak militer.

Kandidat  lain masih pula mengendap-endap menyusun siasat. Kadang lewat pintu depan, kadang lewat dapur.

AHY  semakin diperkuat posisinya dalam partai terutama  berkat pengaruh SBY.  Kalau bukan dinasti Cikeas rasanya mustahil bisa begitu mudah bin mulus jalan politiknya. Tidak ada kandidat terkuat dalam Partai Demokrat sekarang  selain AHY.

Moeldoko masih punya peluang setidaknya untuk posisi wapres. Selain Moeldoko, dari barisan inkumben ada nama baru yang sedang meroket dan berpotensi menyusul masuk bursa, KSAD Jenderal Andika Perkasa.

Bagaimana Gatot menempatkan diri dalam konstelasi  figur-figur serdadu yang nanti bakal saling menikung? Bukankah hingga saat ini mantan panglima masih belum juga berpartai?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline