Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Menu Berbuka Tak Biasa di Rumah Kami

Diperbarui: 26 April 2021   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ramadan terhitung masuk pekan kedua, seharusnya tahap dihadapi sudah berbeda. Puasa  sudah bukan tentang lapar dan haus,  tetapi menjadi bagian dari keseharian. Tak ada salahnya, menu berbuka disiapkan cara berbeda. Agar ada penyegaran, menjadi cara mengapresiasi diri dan orang tersayang.

Menyiapkan menu berbuka di rumah, sebenarnya memberi banyak keuntungan. Selain bisa berkreasi sesuai selera, ternyata bisa menghemat pengeluaran. Seperti menu berbuka senin sore di rumah kami, istri menyiapkan puding kelapa.

Hari ini adalah hari pertama, istri membuat puding kelapa. Menu sedang ngehits, sering saya lihat berseliweran di medsos. Saking ngetopnya, beberapa teman menjual puding kelapa buatannya.

Apalagi bahan yang dibutuhkan cukup sederhana, bisa dibeli di warung-warung dekat rumah. Harganya bahan juga tidak terlalu mahal, malahan sangat terjangkau dompet saya.   

-------

Bulan suci bebarengan dengan pandemi, membawa hikmah tak terperi. Kita orangtua dituntut kreatif, menjaga semangat anak shaum tetap terjaga. Kebetulan gadis kecil saya di rumah, tidak terlalu repot menyoal makanan.

Makanan apa yang disiapkan ibunya disantap, cara berbuka cukup tertib yaitu tidak langsung makan besar  begitu terdengar adzan maghrib.

Saya sendiri tengah berusaha keras, menjadikan bulan Ramadan tahun ini lebih bermakna. Dengan menjaga ibadah wajib di awal waktu, kemudian menambah dengan ibadah sunah. Mengikuti kajian online dan atau offline, tema-tema terkait syariat guna menambah keimanan.

Menyoal kegiatan makan dan minum, Baginda Nabi adalah teladan paling sempurna. Beliau makan hanya secukupnya saja, ruang dilambung dibagi tiga yaitu sepertiga untuk makan (padat), sepertiganya minuman (cair) dan sisa sepertiganya udara (gas).

Coba kalau setiap kita bersedia makan secukupnya (baca ; tidak berlebih/ rakus), niscaya fisik akan menjadi sehat dan lebih fit. Karena datangnya penyakit, salah satunya disebabkan asupan yang masuk ke tubuh.

Di separuh jalan bulan puasa ini, setidaknya lambung tidak lagi bega saat sholat maghrib. Bahkan saya pernah tidak makan nasi di jam berbuka hingga jelang tidur, baru waktu sahur saya makan nasi dengan porsi secukupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline