Lihat ke Halaman Asli

Agung Han

TERVERIFIKASI

Blogger Biasa

Kembali Menjadi Diri Sendiri Saat Pandemi

Diperbarui: 4 Juni 2020   22:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Dua atau tiga bulan berkegiatan di rumah, saya merasakan seperti diajak (atau tepatnya dipaksa) untuk merumuskan ulang . Tentang apa yang telah dijalani selama ini, kemudian merevisi apa yang telah dilakukan.

Saya seperti diajak, lebih menyeleksi apa yang perlu dan tidak perlu dikerjakan, apa yang penting dan tidak penting telah saya putuskan sejauh ini.

Kompasianer mungkin sepakat, bahwa manusia diberi kecenderungan berlebih-lebihan (dalam segala hal). Apalagi kalau ada kesempatan, maka hawa nafsu ini langsung menggebu-gebu.

Misalnya yang biasa cukup makan dengan tempe, begitu ada pilihan lebih maka dipilihlah (misal) makan dengan daging.

Sewaktu gaji masih standart UMR maka, terbilang tidak neko-neko. Tetapi begitu gaji naik, mulai kenal hangout atau nongkrong ngopi di cafe yang mahal.

Pendek kata, gaya hidup meningkat seiring peningkatan pendapatan. Dan menyoal gaya hidup inilah, yang menjadi muasal timbulnya masalah baru.

Maka dari itu, selain nafsu manusia dianugerahi akal pekerti. Dengan akalnya, bisa mengelola hawa nafsu agar tetap terkontrol.

Sehingga seimbang antara keinginan dan kebutuhan, sehingga tetap menjadi makhluk yang beradab dan berbudaya baik.

-----

Di twitter sempat gaduh, sebuah cuitan tentanng orang dengan gaji delapanpuluh juta ternyata tidak mencukupi kebutuhan semasa pandemi.

Sontak riuh diretweet dan "dicemooh" netijen, yang kebanyakan nyinyir bahwa untuk gaji sebesar itu seharusnya lebih dari cukup memenuhi kebutuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline