Saya tidak bergabung di suasana crowded tersebut, dan tidak ingin mengurusi hal-hal yang tidak berdampak secara sosial apalagi secara personal.
Saya cuma berpikiran (atau berkesimpulan), bahwa masalah cukup tidak cukup sebenarnya tidak bisa diukur dari besaran gaji seseorang.
Banyak orang dengan gaji (misal) lima atau enam juta per bulan, tetapi nyatanya bisa memenuhi kebutuhannya selama sebulan.
Bahkan ada lho, pekerja lepas yang tidak punya gaji tetap bulanan, justru tidak punya tunggakan ini dan itu dan bisa membiayai keluarga dengan baik.
Kita bisa lihat kenyataan di lapangan, banyak orang pusing karena tidak punya uang. Tetapi banyak juga, orang tetap pusing meskipun sudah punya banyak uang.
Point paling penting adalah (berdasarkan pengalaman saya), adalah bagaimana kita mencukupkan dan dicukupkan dengan keadaan yang ada.
Kalau sudah sikap mencukup itu dicanangkan, maka masalah nominal akan menyesuaikan, masalah nominal bukan lagi kendala utama.
Orang seperti demikian, niscaya akan bisa menempatkan dan menyesuaikan diri di posisi apapun (baik sedang apes atau sedang di atas).
Karena dia sudah memiliki sikap dan pendirian yang matang, sehingga tak mudah terpengaruh oleh situasi yang terjadi di luar
Kembali Menjadi Diri Sendiri Saat Pandemi
Kondsi pandemi, membuat saya mengoreksi keputusan diri. Ketika job pekerjaan di batalkan, ketika undangan kegiatan berangsur sepi lebih selektif lagi.