Hallo Kompasianer, salam sehat selalu dan tetap semangat berkarya. Bulan Ramadan baru saja berlalu, kini bulan syawal sedang berlaku (jangan lupa, menjalankan 6 hari puasa Syawalnya).
Kita dihadapkan pada hari (dan keadaan) yang baru, dengan rutinitas yang lain dari yang lain. Rutinitas yang mungkin menjemukan, tetapi musti dihadapi dan dicarikan solusi.
Kondisi sekarang ini, ketika belum sepenuhnya lenyap pandemi. Sungguh menjadi ujian bagi semua makhluk, yang hidup dan bergerak di muka bumi.
Sunatullah telah mengatur sedemikian rupa, bahwa selama kehidupan ini berjalan. Manusia tidak lepas dari batu ujian, semua demi kebaikan manusia itu sendiri.
Tetapi kalau direnungi lebih dalam, bahwa ujianlah yang membuat hidup ini sebegitu dinamis. Dunia menjadi riuh rendah, karena ada ujian yang musti diselesaikan.
Bayangkan, kalau dunia ini tidak ada ujian (senang, sedih, tangis, senyum). Setiap orang saling paham, dan saling menyadari peran dan posisinya masing-masing.
Bayangkan, kalau di dunia ini tidak ada konflik sama sekali. Kemudian dunia nihil perselisihan, atau tidak ada sengketa dan kesalahpahaman antar sesama.
Bisa jadi, kehidupan ini terasa kering kerontang dan sepi. Sangat mungkin, perjalanan hidup tidak lagi menarik dan tidak memiliki nilai seni.
Maka tidak ada cara lain menghadapi ujian, kecuali menjalani dengan sebaik kemampuan. Mencari jalan keluar terbaik, dan memetik hikmah yang bisa didapatkan.
Kita yang berhasil melewati ujian, diibaratkan berhasil naik anak tangga, menjadi pribadi yang lebih tangguh dan menjejak berdiri.
-------