Lihat ke Halaman Asli

Agil Septiyan Habib

TERVERIFIKASI

Planmaker; Esais; Impactfulwriter; Founder Growthmedia; Dapat Dikunjungi di agilseptiyanhabib.com

Suara Kemanusiaan dalam Alunan Musik

Diperbarui: 9 Maret 2019   12:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersama-sama bertindak atas nama kemanusiaan (Ilustrasi gambar : www.habitat.org)

Beberapa waktu belakangan ini mungkin sebagian dari kita sudah teralihkan perhatiannya atau bahkan mungkin sudah melupakan dahsyatnya hantaman bencana alam yang melanda sebagian sudara-saudara kita di belahan lain bumi Indonesia. 

Bencana tsunami Tanjung Lesung Banten yang terjadi menjelang penghujung tahun 2018 yang lalu saja barangkali sudah mulai hilang dari ingatan kita, apalagi dengan bencana gempa dan Tsunami yang terjadi di Lombok dan Sigi pada medio waktu Juli hingga Oktober 2018. 

Mungkin hanya sedikit dari kita saat ini yang masih mengingat peristiwa tersebut, dan mungkin itu hanya dirasakan oleh sanak kerabat dekat dari para korban keganasan alam tersebut. Bencana gempa yang terjadi di Lombok serta bencana Gempa disertai Tsunami yang terjadi di Sigi, Palu, serta Donggala telah menghadirkan luka mendalam dan masih membekas kepada keluarga korban khususnya dan juga Bangsa Indonesia pada umumnya. 

Pemberitaan media masa terkait kondisi terkini korban bencana di Lombok serta di Sigi, Palu, dan Donggala sudah sangat jarang atau bahkan tidak pernah terdengar lagi. Hingar bingar bantuan kemanusiaan seakan sudah tidak terlihat lagi antusiasmenya. Padahal kita semua tahu bahwa efek bencana dahsyat yang terjadi disana tidak akan hilang dalam waktu singkat. 

Saat ini masih banyak saudara-saudara kita disana yang harus berjuang keras untuk memperoleh kenyamanan hidupnya kembali. Kehancuran tempat tinggal akibat gempa dan sapuan tsunami sudah tentu merupakan kehilangan besar dan tidak mungkin bisa dipulihkan dalam sekejap mengingat dana yang dibutuhkan untuk melakukan pembangunan kembali pastilah tidak sedikit. 

Bukankah sudah ada begitu banyak bantuan yang digelontorkan kesana? Bukankan kemarin berbagai lembaga sosial beramai-ramai menggalang dana untuk membantu mereka? Tidakkah cukup dana bantuan itu? Perlu kita ingat bahwa kerusakan yang terjadi akibat bencana gempa dan juga Tsunami di Lombok, Sigi, Palu, dan Donggala ini sangatlah besar. 

Bencana yang terjadi sangatlah luar biasa, bahkan bisa dikatakan inilah "huru-hara" bencana terbesar di era modern Bangsa Indonesia setelah bencana Tsunami di Aceh tahun 2004 lalu. Tentu saja hal ini membutuhkan waktu pemulihan yang lama serta finansial yang tidak sedikit.

Sebagaimana dikutip dari laman mediaindonesia.com, taksiran kerugian yang diakibatkan oleh bencana gempa dan tsunami di Lombok serta Sigi, Palu, dan Donggala ini mencapai angka 12 triliun rupiah. 

Sebuah angka yang fantastis tentunya. Diluar kerugian secara materi, kerugian secara psikologis seperti trauma pasca bencana juga merupakan sesuatu yang tidak bisa dikesampingkan. Bagaimanapun juga, setiap bencana memang memerlukan waktu pemulihan dan itu hanya akan terjadi apabila semua pihak yang terkait ikut berkontribusi melakukannya. 

Bukan hanya masyarakat setempat, pemerintah, atau organisasi kemanusiaan yang seharusnya ikut berperan serta. Kita yang saat ini berada jauh dari saudara-saudara kita korban bencana hendaknya juga memiliki kesadaran akan hal ini. 

Kepedulian kita adalah langkah awal untuk menjalankan aksi nyata membantu kemanusiaan. Jikalau pada periode awal pasca bencana terjadi kita sudah ikut memberikan sumbangsih melalui pemberian donasi atau menjadi relawan, alangkah lebih baik apabila semangat yang sama kita gelorakan lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline