Lihat ke Halaman Asli

Afriantoni Al Falembani

Dosen dan Aktivis

Jokowi, Indonesia Hebat, dan Insinyur Indonesia Hebat

Diperbarui: 27 Maret 2018   17:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Afriantoni

(Pengamat Pendidikan)

Awal terpilihnya Presiden Joko Widodo, terbentuk koalisi nasional Indonesia Hebat di DPR RI. Koalisi ini menandingi koalisi Merah Putih yang cukup dominan.

Tetapi koalisi ini tidak berlangsung lama. Trik jitu yang dimainkan Jokowi akhirnya koalisi ini tidak berdaya. Adanya sama tidak adanya sama saja.

Dulu, Jokowi tidak akan bagi-bagi kekuasaan dan jatah partai tapi kemudian karena untuk kuat di parlemen akhirnya beberapa partai gabung mendukung Pemerintah Jokowi.

Dulu, Jokowi akan memberdayakan SDM Indonesia yang di luar negeri membantu membangun Indonesia. Apa daya semua awal yang manis menuai celoteh di pinggir jalan.

Baru-baru ini, insinyur Indonesia membuat terowongan air raksasa 44 Km di Malaysia. Sungguh luar biasa bukan. Mengapa kita repot mengimpor tenaga ahli dari Cina, jika sebenarnya kita pun memiliki kualitas tenaga ahli terbaik. Mereka bahkan bisa berkompetisi dengan tenaga ahli dari dunia.

Anehnya,  mengapa kita yang memiliki tenaga ahli  Indonesia yang sangat diakui dan dihargai di dunia internasional justru kurang kepedulian pemerintah.

Salah satu perusahaan tempat engineer atau tenaga ahli asal Indonesia adalah kontraktor asal Jepang, Shimizu Corporation. Shimizu kini terlibat dalam proyek terowongan air raksasa di Malaysia. Proyek terowongan ini membentang sepanjang 44,6 KM dari Pahang ke Selangor di Malaysia. Proyek tersebut bernama Pahang Selangor Raw Water Tunnel Project.

Proyek water tunnel atau terowongan air ini telah dimulai pada tahun 2009. Proyek ini akan membawa air bersih sebanyak 27,6 meter kubik per detik dari Sungai Semantan di Pahang menuju South Klang di Selangor melewati terowongan yang dibangun di bawah kaki Gunung Titawangsa.

Proyek itu melibatkan hingga 300 pekerja. Nyatanya, mayoritas para pekerja berasal dari Indonesia. Bahkan sebanyak 20 engineer berasal dari tanah air. Sungguh miris menyaksikan fenomena ini. Bagaimana tenaga Indonesia mau berkembang, kalau tenaga ahlinya berasal dari tenaga impor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline