Lihat ke Halaman Asli

Adri Taga

Pengajar di Sekolah Alam Cikeas

Pelaksanaan Kurikulum berbasis Lingkungan di Sekolah Alam Cikeas

Diperbarui: 12 Maret 2020   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Project Based Learning Pengolahan Sampah Terpadu Di TPST Rawasari Jakarta--dokpri

Implementasi kebijakan kurikulum berbasis lingkungan hidup pada program Adiwiyata dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang pengembangan materi pembelajaran lingkungan hidup dan di dalam kegiatan belajar mengajar juga telah dilakukan pembelajaran lingkungan hidup secara monolitik (Budi, 2014). Kurikulum berbasis lingkungan adalah kurikulum dengan adanya penambahan indikator atau menyisipkan indikator yang terintegrasi dengan lingkungan di materi tertentu. 

Selain itu, kompetensi tenaga pendidik dan kegiatan pembelajaran menjadi bagian dari kurikulum berbasis lingkungan. Kompetensi tenaga pendidik yaitu adanya peran aktif guru dalam mengembangkan pembelajaran yang terintegrasi dengan lingkungan. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik yaitu menghasilkan karya nyata terkait lingkungan dan mengkomunikasikan hasil pembelajaran melalui berbagai media (Nurhayati & Savira, n.d.).

Berdasarkan Lampiran II Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 tahun 2013 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata bagian Pedoman Pembinaan Adiwiyata Tabel 2, di Sekolah Alam Cikeas, penyampaian materi lingkungan hidup kepada para siswa dilakukan melalui kurikulum belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan sehari-sehari. 

Pendekatan dan teknik yang dilakukan adalah menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang indikatornya banyak melakukan metode Project Based Learning, Problem Based Learning dan Scientific, menjadikan siswa menjadi subyek belajar (student center), menggunakan metode kerja kelompok (grouping), dan selalu melakukan refleksi dan evaluasi bersama dengan siswa.

Guru sebagai fasilitator mengembangkan isu lokal dan isu global sebagai materi pembelajaran lingkungan hidup sebagaimana dijelaskan Putro (2018) yang menyatakan bahwa isu lokal dan isu global akan merangsang pola pikir peserta didik berkembang   lebih aktual dan faktual. Sehingga dapat tertantang untuk ikut serta dan terlibat dalam mencari solusi dari permasalahan yang sedang terjadi. 

Selain itu, fasilitaor mengembangkan indikator dan instrumen penilaian pembelajaran lingkungan hidup yang diintegrasikan dengan tema pembelajaran pada semua mata pelajaran. Instrumen penilaian dapat disesuaikan dengan metode belajar yang dipakai. Assessment dapat dilakuakan secara individual, kerja kelompok, penilaian hasil wawancara, observasi, hasil karya, atau penugasan individu (worksheet) yang dikerjakan oleh peserta didik.

Belajar Pembuatan Lubang Biopori Bersama Kamir R. Brata (Penemu Lubang Biopori)

Fasilitator mengkaitkan pengetahuan konseptual dan prosedural dalam pemecahan masalah lingkungan hidup, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh pemilahan sampah, menggunakan barang bekas sebagai media belajar, standar kebersihan toilet, media cuci tangan, membuat saluran pembuangan air, membuat kompos alami. 

Selain itu, sekolah menghasilkan karya nyata yang berkaitan dengan pelestarian fungsi lingkungan hidup, mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai contoh Sekolah Alam Ciekas melakukan konservasi ekosistem sehingga tingkat biodiversitas tinggi, sekolah memberdayakan unit agribisnis sebagai sarana pengembangan usaha pelestarian tanaman dan produksi pupuk, sekolah melakukan kampanye penggunaan kantong ramah lingkungan pengganti plastik kepada masyarakat.

Belajar Identifikasi Tumbuhan Melalui Project Based Learning Di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh, Riau--dokpri

Sekolah Alam Cikeas mengikutsertakan orangtua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran lingkungan hidup. Tujuannya adalah agar orangtua dan masyarakat sekitar turut merasakan keberadaan Sekolah Alam Cikeas. Partisipasi orangtua sebagaimana dijelaskan oleh Putro, fasilitator dan penanggungjawab Adiwiyata Sekolah Alam Cikeas adalah sebagai berikut:

Bentuk partisipasi orangtua adalah berbagi pengalaman dan informasi sebagai guru tamu. Masyarakat diajak untuk mengenal Bank Sampah, lubang biopori, kegiatan unit agribisnis, dan kegiatan unit ecoshop. Sekolah juga sering mendapat kunjungan belajar dari sekolah lain/universitas/lembaga/negara lain yang terkait dengan pembelajaran pelestarian lingkungan hidup (Environmental School Visit) (Putro, November, 2018, Fasilitator SMP).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline