Lihat ke Halaman Asli

Adinda Zhavira

Seorang mahasiswi yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi

Literasi Sains dengan Memahami Sampah? Food Loss, Food Waste, dan Usaha Kita Menguranginya

Diperbarui: 17 September 2021   14:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

i / Dokumentasi Penulis

Bicara mengenai sampah, maka pasti benda-benda yang langsung identik dengan kata tersebut adalah benda-benda yang tidak lagi dapat digunakan maupun dikonsumsi.

Kita sering menemukan bermacam-macam benda yang tidak lagi dapat digunakan sehingga menjadikan kategori sampah pun ada bermacam-macam. Beberapa jenis tersebut antara lain jenis sampah kertas, sampah plastik, sampah kaleng, sampah elektronik, sampah pakaian, hingga sampah yang termasuk paling banyak 'pengolahannya'---sampah makanan.

Sampah makanan tergolong sebagai sampah organik yang dapat terurai secara alami oleh alam. Yang artinya, jika dipikirkan secara sepintas, maka sampah makanan bukan menjadi masalah lingkungan yang cukup berarti. Namun, tahukah Anda bahwa saat ini, sampah sisa makanan menjadi salah satu penyumbang besar kerusakan alam di bumi?

Dilansir melalui video unggahan Low Carbon Development Indonesia di Youtube pada tahun 2021, sepertiga dari makanan yang diproduksi untuk dikonsumsi manusia, berakhir di pembuangan selama proses panen atau proses konsumsi. Sedangkan di Indonesia pada tahun 2018, Persentasi sebesar 44% ternyata didominasi oleh sampah sisa makanan. Baik sisa dari proses Food Loss maupun Food Waste. Yang menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke-2 sebagai penghasil sampah makanan terbesar di dunia.

Perlu diketahui bahwa perbedaan Food Loss dan Food Waste terletak pada proses pembentukannya. Melalui situs zerowaste.id, Food Loss merupakan sampah makanan yang berasal dari bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan atau makanan dan bahan baku yang masih mentah namun sudah tidak bisa diolah menjadi makanan dan akhirnya dibuang begitu saja. 

Food Loss bisa disebabkan oleh:

  1. Proses pra-panen tidak sesuai dengan permintaan pasar
  2. Permasalahan dalam pengolahan, penyimpanan, penanganan, pengemasan yang tidak efisien
  3. Kurangnya permintaan konsumen di pasar.
  4. Permainan harga pasar antara agen dan distributor yang menyebabkan harga melonjak tajam, dan ujung-ujungnya tidak terjual.
  5. Dan kurang bijaknya konsumen dalam permintaan pasar, seperti isu tidak membeli barang konsumsi yang penampilannya kurang menarik, dan enggan mengkonsumsi hanya karena bahan makanan sedikit di bawah standar

Adapun Food Waste merupakan makanan yang sebenarnya tetap dapat dikonsumsi namun dibuang begitu saja dan akhirnya menumpuk di TPA. Food waste yang menumpuk di TPA menghasilkan gas metana dan karbondioksida. 

Adapun penyebab Food Waste antara lain:

  1. Tidak menghabiskan makanan
  2. Makan tidak sesuai dengan porsi makanan.
  3. Membeli atau memasak makanan yang tidak disukai.
  4. Gaya hidup yang menyebabkan membeli maupun membuat makanan secara berlebihan

Kabar buruknya lagi, isu Food Loss maupun Food Waste itu sendiri menjadi salah satu kontributor utama penyebab meningkatnya emisi gas rumah kaca di atmosfer ketika membusuk. Sedangkan jenis emisi tersebut berbahaya jika sudah terproduksi secara berlebihan.

Menyadari semua ini, tentu menjadi ironi karena disaat yang sama, beberapa wilayah di berbagai negara saat ini--seperti di Afrika dan Timur Tengah--sedang mengalami krisis pangan berkepanjangan yang menjadi akar penyebab permasalahan lainnya, seperti kasus kelaparan, kekurangan gizi, tidak meratanya persebaran suplai makanan, hingga rendahnya indeks harapan hidup yang disebabkan rendahnya mutu kesehatan secara kolektif. Sesuatu yang sebenarnya juga menjadi permasalahan yang tidak kunjung berakhir di tanah air kita sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline