Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Dilemanya Berinvestasi di "Saham Tidur"

Diperbarui: 6 Januari 2021   08:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi "saham tidur" dalam bursa. (sumber: Thinkstock via kompas.com)

"Tidur" ternyata bisa menimbulkan sejumlah masalah. Misal, seorang siswa yang tertidur di kelas bisa mendapat omelan yang keras dari guru; atau karyawan yang jatuh terlelap di kantor bisa ditegur bos; atau sopir yang mendadak terbuai ke "alam mimpi" sewaktu mengendarai truk bisa menyebabkan kecelakaan fatal di jalan raya. 

Singkat kata, meskipun tidur adalah salah satu kebutuhan dasariah manusia, tetapi kalau dilakukan di tempat dan waktu yang salah, maka hal itu bisa menyebabkan banyak persoalan dalam hidup seseorang.

Hal yang sama bisa juga berlaku dalam investasi saham. Contohnya saja kalau kita berinvestasi di "saham tidur". 

"Saham tidur" adalah sebutan untuk saham-saham tertentu yang jarang diperdagangkan. Likuiditasnya begitu rendah, sampai-sampai per harinya, saham tersebut hanya ditransaksikan di bawah satu miliar rupiah.

Setidaknya ada dua alasan yang menyebabkan hal tersebut. Yang pertama, jumlah saham yang beredar di masyarakat sangat sedikit, yakni di bawah satu miliar lembar. 

Jumlah tersebut tentu saja membuat investor sulit menjual atau membeli saham. Sebab, belum tentu ada orang yang bersedia membeli dan menjual saham tadi pada waktu yang sama. Makanya, jangan heran, transaksi hariannya pun bisa sangat minim.

Yang kedua, kualitas fundamental sahamnya memang buruk. Sebuah saham mungkin saja mempunyai jumlah saham beredar di atas 1 miliar, tetapi karena fundamentalnya begitu jelek, maka orang-orang enggan melirik sahamnya sebagai pilihan investasi yang layak. 

Saham tidur. (sumber: money.usnews.com)

Alhasil, harga sahamnya pun bisa terus tidur di level terendah hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun!

Fundamental Bagus, tapi Sahamnya "Tidur"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline