Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Andaikan "Drama" Perang Dagang Berlanjut hingga 2020

Diperbarui: 27 November 2019   15:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang Dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok (sumber: investors.com)

Jelang akhir Bulan November, IHSG masih terlihat "angin-anginan". Saat tulisan ini dibuat, IHSG berada dalam kisaran 6070-an. Sepertinya IHSG masih "betah" di zona down trend, dan belum ada tanda-tanda akan menguat dalam waktu dekat.

Situasi ini jelas berbeda dengan tahun lalu. Saya ingat, pada awal November 2018, pergerakan IHSG cenderung positif. Saham-saham berkapitalisasi besar mulai naik harganya, dan hal itu akhirnya mengangkat IHSG.

Investor yang membeli saham pada periode itu berpeluang menikmati keuntungan yang lumayan. Saya sendiri ikut merasakan efek peningkatan IHSG. Saham-saham yang saya koleksi pelan-pelan mulai "terbang", seiring dengan laju IHSG.

Setiap investor tentu mengharapkan hal itu kembali terulang pada tahun ini. Namun, sepertinya, harapan itu mesti tertunda, lantaran belum ada sentimen positif yang mampu memicu lonjakan IHSG.

Boleh jadi, perilaku IHSG yang tampak "ogah-ogahan" tersebut disebabkan oleh sikap investor yang cenderung "wait and see". Maklum, investor memang terus memantau kesepakatan Fase Satu antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok untuk mengakhiri perang dagang.

Sampai artikel ini ditulis, belum ada pengumuman tentang tanggal penandatanganan kesepakatan di antara dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia itu.

Biarpun Presiden Trump berkata kesepakatan tadi sudah "sangat dekat", dan pejabat Tiongkok telah mengundang pejabat AS untuk melanjutkan negosiasi di Tiongkok, nyatanya, kesepakatan itu masih sebatas wacana.

Mungkin ada beberapa poin yang belum ditemukan solusinya. Tiongkok mungkin saja masih berat memenuhi tuntutan AS tentang perlindungan hak kekayaan intelektual, pembelian produk pertanian, dan penghapusan kebijakan transfer teknologi yang selama ini diberlakukan untuk perusahaan dari AS.

Situasi negosiasi juga bertambah panas setelah Presiden Trump "getol" melancarkan kalimat-kalimat yang terkesan menyudutkan Tiongkok. Belum lagi, DPR AS juga ikut memanas-manasi peperangan dengan mengajukan RUU Pro-demokrasi Hong Kong, yang berpotensi merusak kesepakatan perang dagang yang sudah didiskusikan beberapa bulan sebelumnya.

Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping (sumber: nypost.com)

Hal itulah yang mungkin menyebabkan belum ada titik temu di antara kedua belah pihak. Kalau kondisi terus berlarut-larut, investor mesti menghadapi "skenario terburuk": perang dagang berlanjut, dan negara-negara di dunia terancam mengalami resesi!

Efek Perang Dagang terhadap Indonesia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline