Lihat ke Halaman Asli

Adica Wirawan

TERVERIFIKASI

"Sleeping Shareholder"

Alasan Perusahaan Memilih "Kode Unik" di Bursa

Diperbarui: 12 Oktober 2018   13:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber ilustrasi: https://statik.tempo.co/data/2016/03/18/id_490885/490885_620.jpg

Dalam sebuah lakon, William Shakespeare, sastrawan tersohor dari Tanah Britania Inggris, pernah berujar, "Apalah arti sebuah nama?" Mungkin, pada konteks tertentu, ia menilai bahwa nama sebetulnya hanya sebuah sebutan. Jadi, ia merasa tak usahlah meributkan arti sebuah nama, sebab nama sekadar kata yang disemat untuk seseorang belaka.

Biarpun kalimat itu kemudian menjadi viral dan ikonik, lantaran banyak dikutip di sana-sini, ternyata tak semua orang setuju dengan pemikiran Shakespeare. Bagi mereka, nama lebih dari sekadar susunan huruf yang membentuk sebuah bunyi. Sebuah nama bisa bermakna lebih. Ia dapat menjadi "cerminan jati diri", atau bahkan "doa" bagi empunya.

Setidaknya itulah yang saya amati pada pemberian kode bagi perusahaan yang melakukan initial public offering alias pencatatan saham perdana sepanjang tahun 2017-2018. Berbeda dengan perusahaan-perusahaan lawas, yang cenderung menggunakan kode berupa singkatan nama perusahaan, perusahaan-perusahaan zaman now sepertinya menunjukkan tren tertentu. Mereka cenderung memilih kata-kata unik untuk mencerminkan bisnis mereka.

Sebut saja PT Integra Indocabinet Tbk. Perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan mebel ini memilih kode WOOD (kayu). Sama juga dengan PT Nusantara Pelabuhan Handal Tbk. Perusahaan yang mengoperasikan pelabuhan dan peti kemas itu memakai kode PORT (pelabuhan). Belum lagi, PT Jaya Bersama Indo Tbk, yang baru masuk bursa pekan ini. Perusahaan yang mengelola restoran The Duck King itu menggunakan kode DUCK (bebek).

Perusahaan-perusahaan yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia itu tentu punya suatu alasan, sehingga mereka menggunakan kata-kata unik sebagai kode emiten. Di antaranya ialah identitas bisnis. Dengan hanya melihat kodenya saja, orang-orang bisa langsung menebak bisnis apa yang dijalankan perusahaan tersebut. Jadi, tanpa harus buka Google, mereka bisa mendapat gambaran awal tentang perusahaan.

Selain itu, penggunaan kode-kode unik membikin orang lain tertarik. Asal tahu saja, di Bursa Efek Indonesia, tercatat sekitar 600 emiten dengan beragam kode. Biarpun tak ada yang sama, tetap saja, kode-kode itu terlihat seragam: tanpa makna.

Sebut saja, kode-kode emiten yang diawali huruf B, seperti BBKP (Bank Bukopin), BBRI (Bank Rakyat Indonesia), BDMN (Bank Danamon), BSIM (Bank Sinar Mas), dan BNGA (Bank Cimb Niaga).

Kalau kita mengamati kode-kode itu, semua tampak sama. Tak ada yang menonjol. Tak ada yang eye catching. Makanya, minat seseorang untuk mencari tahu suatu emiten akan berkurang kalau kodenya saja kurang menarik.

Alasan lainnya, kode yang unik bisa menjadi sebuah doa. Sebut saja kode HOKI dari PT Buyung Poetra Sembada Tbk. Produsen beras yang dikomandani Sukarto Bujung itu tampaknya sengaja memakai kata HOKI, yang diambil dari bahasa Tionghoa, dengan harapan, supaya usahannya senantiasa "hoki" alias "untung".

Semua itu ialah sekelumit keunikan yang saya temukan di bursa saham. Jadi, andaikan, Shakespeare masih hidup, ia bertanya, "Apa arti sebuah nama?", saya mungkin akan menjawab: "segalanya".

Salam.

Adica Wirawan, founder of Gerairasa




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline