Lihat ke Halaman Asli

Hari Sarjana Indonesia, Siapa Perempuan Pertama yang Menyandang Gelar Sarjana?

Diperbarui: 29 September 2021   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: pexels.com

Setiap tanggal 29 September, Indonesia merayakan Hari Sarjana. Peringatan ini mengingatkan kita akan pentingnya pendidikan bagi kemajuan sebuah bangsa, termasuk bagi kaum perempuan. Pendidikan tinggi yang berkualitas seyogyanya bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat dari berbagai latar belakang.

Pentingnya peran sarjana bisa dilihat dari kilas balik sejarah. Para pendiri bangsa ini mayoritas lulusan pendidikan tinggi. 

Soekarno merupakan alumni Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung atau ITB), sedangkan Bung Hatta menamatkan pendidikan di Universitas Erasmus Rotterdam, Belanda.

Pendidikan tak hanya telah memerdekakan bangsa, tapi juga membuka cakrawala dan memperkaya sudut pandang para pelajar. Meskipun bukan jadi faktor utama kesuksesan, bangku kuliah memberi bekal bagi para mahasiswa untuk mempersiapkan diri menghadapi tantangan di dunia luas.

Sarjana perempuan pertama

Budaya patriarki yang dulu masih sangat kuat mengikat memang telah membuat akses pendidikan tinggi bagi kaum perempuan menjadi terbatas. Tak banyak perempuan menyadari pentingnya pendidikan, pun tak banyak keluarga yang menyokong anak perempuan mereka untuk bersekolah.

Adalah Maria Ulfah, seorang pelopor dari kaum perempuan yang berhasil menamatkan kuliah. Tak tanggung, dia sampai menyeberangi samudera ke negeri Belanda untuk belajar di Universitas Leiden dan berhasil lulus sebagai sarjana hukum pada 1933, setelah genap 4 tahun kuliah.

Perempuan kelahiran 18 Agustus 1911 itu ialah anak seorang Bupati Kuningan bernama Raden Mohammad Achmad. Beruntung, sang ayah mendukung penuh pendidikan Maria.

Maria Ulfah mulai bersekolah saat ayahnya dipindahkan ke Jakarta pada 1917. Dia sempat bersekolah di Jalan Cikini, lalu pindah ke sekolah dasar di Jalan Willemslaan (kini Jalan Perwira). Setelah lulus, dia masuk ke Sekolah Menengah Koning Willem III School pada 1924.

Sejak kecil, Maria Ulfah sudah mampu melihat ketidakadilan yang dialami oleh perempuan. Kegelisahan ini mendorongnya maju untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, yang membuatnya mantap mengambil jurusan hukum kemudian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline