Lihat ke Halaman Asli

Ade Irma Mulyati

SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Bersaing dengan Guru Muda, Apa Bisa?

Diperbarui: 16 April 2021   10:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri.olahan canva

Merasa terlahir dengan sebutan generasi yang menjadi ciri perpindahan dari manual ke serba digital menyisakan berbagai kisah unik. Ah, itu sih hanya saya saja yang mengalaminya.

Tidak apa-apa mendapat label demikian, yang penting walaupun berbeda zaman tetap asyik menikmati dan berusaha bersanding nyaman mensejajarkan diri dengan terus mengupgrade diri semampunya. Kalau hanya jadi penonton pasti tergilas oleh peradaban.

Jika tidak  mampu berjalan seiring dan seirama seperti yang diharapkan oleh kemajuan zaman yang berlari kencang tanpa terbendung, maka tunggu saatnya akan berubah peran menjadi "dinosaurus".

Menikmati digitalisasi di berbagai aspek kehidupan memerlukan kerja keras dengan durasi waktu mempelajarinya relatif panjang. Guru berapapun usianya harus berusaha keluar dari zona nyaman.

Jangan heran jika dalam prosesnya  dirasakan menggelikan, terkadang membuat tepuk jidat, sehingga seisi rumah meradang karena diminta bantuan. Ujung-ujungnya mereka akan berkata," Yah, mengajari ibu gak bisa sekali ngasih tahunya.

Kenapa sih terus-terusan menanyakan hal yang sama. Apa gak bosan?" Sebenarnya saya juga ingin cepet bisa, Nak, tapi kenapa untuk pahamnya agak lama. 

Inilah sepenggal kisah yang pernah saya alami beberapa waktu yang lalu.

Setelah mendapat akun belajar.id dengan percaya diri mendaftar pelatihan pemanfaatannya. Berbekal nekad dan bagaimana nanti, karena ada fasilitator yang membimbing. Singkat cerita resmilah mendapat undangan pelatihan. Betapa bangga dan senangnya hatiku. Di undangan dituliskan syarat untuk mengikutinya. 

Biasanya koneksi internet stabil, eh ketika pelatihan dimulai Wifi di rumah lagi drop karena ada kendala teknis di sistem jaringan. Ah. Dimulailah satu demi satu tantangan menghadang. Saya tak berkecil hati memanfaatkan fasilitas lainnya. Tapi ya begitu karena koneksi terkendala semuanya menuntut kesabaran. 

Tantangan kedua datang ketika kami akan berangkat ke luar kota. Aduh saya tahu betul susahnya jaringan internet di kampung. Walah, bagaimana ini.

Padahal jadwal berangkat dan pengumpulan tugas berbarengan. Ah, ada alamat kurang menyenangkan. Benar saja, namanya di kampung halaman waktu terasa cepat berlalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline