Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Jadi Penulis Pemula, Alangkah Nikmatnya

Diperbarui: 7 Juni 2020   06:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: PEXELS.com/Suzy Hazelwood

Ada pesan masuk melalui Whatsapp. Datang dari seseorang wanita yang jauh tinggal di pelosok selatan kabupaten Malang. Saya tidak mengenalnya.

"Saya baru bertemu Pak Bub," tulisnya. "Saya pingin belajar menulis kepada Panjenengan."

Pak Bub adalah sahabat saya yang tinggal di pesisir selatan Kab. Malang. Zaman masih kuliah, Pak Bub senior saya. Ia aktif di kegiatan senat mahasiswa. Getol terlibat penerbitan majalah kampus.

Kini ia menepi dari hiruk-pikuk kota. Tinggal di dusun Bajulmati Kec. Gedangan Kab. Malang. Pak Bub ngopeni pendidikan di sana. Merintis Taman Baca Masyarakat (TBM), memberdayakan potensi pertanian warga hingga keliling ke dusun-dusun untuk menyapa anak-anak kecil.

Saya sudah menduga. Ini pasti "ulah" Pak Bub. Dan ini bukan yang pertama. Saya sering menerima pesan masuk yang ingin belajar menulis kepada saya.

"Saya juga masih belajar, Mbak," saya membalas permintaannya.

"Bapak kan sudah ahli menulis."

Gawat ini. Saya dibilang ahli menulis. Padahal, pencapaian saya yang paling jauh baru penulis pemula.

Ketika hal itu saya sampaikan, wanita yang bernama Fauziah mengirim balasan, "Bapak jangan merendah."

Jawaban saya memang klise. 

Bahwa saya adalah penulis pemula dan memang saya penulis pemula dan akan selalu jadi penulis pemula selalu dibilang merendah.

Mau merendah bagaimana lha wong saya memang penulis pemula karena tidak ada pilihan lain selain menjadi penulis pemula.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline