Lihat ke Halaman Asli

Achmad Saifullah Syahid

TERVERIFIKASI

Penulis

Tidak "Mengecewakan" Tuhan Setelah Beridul Fitri

Diperbarui: 5 Juni 2019   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: laduni.id

Terasa ada yang menggelayut di hati. Detik-detik menjelang buka puasa di akhir bulan Ramadhan dirasakan kawan saya dengan hati teriris. Ia mengalami romantisme kecengengan ketika perasaannya tiba-tiba disergap oleh rasa bersalah.

Perasaan itu awalnya sepele: mengapa setiap mendengar takbir di malam Idul Fitri wajah orang yang dicintai hadir melayang-layang di depan matanya. Orang-orang itu bisa siapa saja: Bapaknya, Ibunya, guru-gurunya, sahabatnya, wajah sesama orang kecil yang mengisi hari kawan saya dengan tawa dan ajaran sikap hidup yang bijaksana.

Kepada mereka semua kawan saya menumpahkan cinta seutuhnya. Ia tidak bisa untuk tidak mencintai siapa saja lengkap dengan dinamika dan dialektika kasih sayang yang terus dijaga keseimbangannya.

Allahu Akbar...

Kawan saya terbata-bata mengeja kalimat Takbir. Yang Akbar adalah Allah, hanya Allah, selalu Allah dan selamanya milik Allah. Manusia---dan pasti diri kawan saya juga---adalah setitik debu di tengah maha luas semesta raya.

Kawan saya tidak ingin larut dalam situasi cengeng. Bukankah malam ini setiap orang berbahagia? Mereka berbondong-bondong memadati toko busana dan pusat perbelanjaan. Kendaraan berjubel-jubel di jalan raya. Tidak sedikit yang menumpahkan kelegaan karena terbebas dari "bulan penjara".

Allahu Akbar...

Silakan meneriakkan Takbir sekencang-kencangnya---boleh dengan tangan mengepal ke udara---tapi tidak untuk mengecilkan sesama. Tidak untuk meremehkan orang lain. Tidak untuk menakut-menakuti yang bukan satu barisan denganmu. Tidak supaya engkau dianggap besar, kuat, kuasa. Sementara saudaramu yang lain njepiping ketakutan dan merasa dirinya kecil, remeh dan tersisih.

Allahu Akbar...

Gelombang Takbir bergetar-getar di hatimu. Lalu temukan akar kesadaran bahwa engkau boleh bersikap takabur, gumede, merasa besar tapi tidak kepada siapapun kecuali untuk dirimu sendiri. Membesari persoalan yang mengepungmu. Mentakaburi nafsu egoismemu sendiri. Engkau lebih besar dari persoalan hidupmu. Engkau menjadi raja dan berkuasa atas mekanisme pengendalian dirimu sendiri.

Allahu Akbar...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline