Lihat ke Halaman Asli

Achmad Azkiya

Pekerja Lepas

Kenapa Sih Kita Selalu Insecure Jika Dibandingkan dengan Orang Zaman Dahulu?

Diperbarui: 13 Januari 2022   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Perbedaan kacamata orang-orang zaman dulu dengan orang-orang zaman now:

Orang zaman now mendefinisikan kesuksesan dengan ukuran fisik; orang yang ATM-nya gendut, terkenal, kita anggap sebagai kesuksesan. Beda dengan kacamata orang zaman dahulu yang menganggap kesuksesan adalah di saat seseorang sudah banyak bermanfaat bagi orang banyak. Itulah kesuksesan sesungguhnya.

Orang sekarang berpemahaman bahwa dengan kekuasaan kita bisa mengubah dunia. Padahal apa? Justru betapa banyak kekuasaanlah yang bahkan seringkali tidak mampu menguasai dirinya sendiri. Korupsi. Rakus. Tamak. Diperbudak hawa nafsunya. Lain halnya dengan cara pandang orang dahulu, bagaimana cara mengubah dunia? Adalah dengan inspirasi. 

Kekuatan inspirasi bahkan mampu menjadikan anak yang berusia 7 tahun sekarang untuk besok kemudian menjadi orang hebat yang sangat dibutuhkan banyak orang. Siapa contohnya? Banyak. Tidak perlu disebutkan. Cari sendiri di perpus kampus

Orang sekarang berpikir dengan jangka pendek. Seolah dengan semua yang telah dicapai, harta benda yang sudah dimiliki, sudah cukup untuk bekal hidupnya nanti. Orang-orang dulu tidak. Mereka berpikir luas. Keabadian. Mereka bisa hidup hingga ribuan tahun. Loh bagaimana caranya? Yaitu dengan menulis. 

Mengabadikan pemikiran-pemikirannya. Membukukan pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya. Hingga sosok seperti Imam Syafi'i, Imam Ghazali (dalam telinga kita)  sangat dikenal hingga saat ini. Tidak lain adalah karena tulisannya dibutuhkan banyak orang. Dan akan terus dikenang sampai generasi-generasi berikutnya.

Orang-orang sekarang banyak menghabiskan waktu dengan sia-sia. Orang-orang dulu tidak. Lihat sosok Buya Hamka yang hingga namanya masyhur sampai saat ini. Kalian tahu kenapa? Sebab bahkan dalam penjara pun beliau menyempatkan waktu untuk menulis. Mewariskan pemikiran-pemikirannya. 

Membatukan waktu. Saat ini kita sebaliknya. Malah asyik sekali santai main gawai, tak kenal waktu. Hingga justru kitalah yang terpenjara oleh diri kita sendiri. Membuang-buang waktu secara percuma.

Orang-orang sekarang sibuk mengurus kehidupan orang lain, sibuk mengomentari kerja nyata orang lain. Orang-orang dulu justru fokus dengan dirinya sendiri. Sibuk memperbaiki diri, sibuk introspeksi pada cela diri masing-masing. Mengembangkan potensi yang dimiliki. Mengasah kreativitas. 

Mereka tidak mengurus berkompetisi dengan siapa, malah mereka anggap sedang berkompetisi dengan dirinya sendiri. Kompetisi dengan rasa malas. Egois. Rasa takut. Kesombongan. Sampai mereka tidak punya waktu untuk mengomentari hidup orang lain.

Orang-orang sekarang lebih mementingkan nilai di atas kertas. Lantas dengan nilai 100 mulai pendidikan dasar hingga perguruan tinggi apakah bisa mengubah dunia? Mengubah nasib orang-orang? Tidak, kan? Justru orang dulu lebih mementingkan hakikat 'pendidikan' itu sendiri. Menanamkan pemahaman, nilai-nilai yang baik. Akar belajar yang sesungguhnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline