Lihat ke Halaman Asli

Abu Mamur MF

Belajar Menjadi Manusia

Belajar dari Mantan "Pengedar" (Part 2)

Diperbarui: 18 November 2017   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berpose di samping Merlion yang gagah dan megah

"Kesuksesan adalah semangat yang harus terus diperjuangkan. Yakinlah bahwa setiap orang akan menemukan jalannya sendiri untuk berhasil." (Ruswanto, Peraih penghargaan Science Education Award 2001, Guru Berprestasi 2013, dll., kini mengajar di Singapura)

Saya dan kawan saya sama-sama memasuki dunia kerja. Mengkhidmati dan menikmati suka duka sebagai pendidik. Di waktu luang, kami kerap berbagi cerita, berbagi perihal metode pembelajaran, dan sebagainya.

Satu hari kami mengikuti workshop "Cara Gila Jadi Pengusaha" yang dihelat oleh Pak Purdi E. Chandra. Alhamdulillah event tersebut memberikan keajaiban, saya dapat beasiswa di Entrepreneur University.

Selanjutnya kami mengikuti semacam perkuliahan bisnis. Kawan saya mesti membayar penuh. Ia mengajukan pinjaman di koperasi. Honornya sebagai GTT (Guru Tidak Tetap), tiap bulan ia sisihkan untuk mencicil (bukan mecicil).

Kami terjangkit "virus" entrepreneur. Dengan modal kepala dan dengkul, saya bekerjasama dengan kawan baik, namanya Agus Munasir. Konon, Munasir merupakan akronim dari "Muga-muga akeh sing naksir". Kami berhasil mendapatkan pinjaman dan menyewa rumah dua lantai. Lantai bawah kami fungsikan sebagai konter pulsa, percetakan, jasa pengetikan, dan cetak foto. Banner kecil bertuliskan "Dahsyat Com (DC) Purbayasa" kami pasang dengan hati riang.

Ruang atas memiliki dwi fungsi. Pertama sebagai semacam sekolah untuk bersenang-senang dengan ilmu eksakta. Kami pasang banner besar bergambar Mbah Einstein dengan tulisan Sekolah Ilmu Eksakta (SIE). Itu merupakan cabang dari SIE Mejasem yang didirikan oleh Toean Prof Ahmad Thoha Faz.

Fungsi kedua sebagai tempat berbagi perihal motivasi dan pengembangan diri. Kami namakan Personality Development Center (PDC).

Kawan saya juga mulai belajar berbisnis. Pelbagai jenis usaha ia lakoni. Menjajakan es krim di acara-acara semacam resepsi pengantin, sunatan, dan lain-lain. Ia juga mengedarkan jajanan kecil ke warung-warung. Saat Indonesia demam batu akik, ia gegas ambil peluang. Take action, menjadi "pengedar" batu akik. Ia menyewa lapak dekat PG Pangka. Alhasil, laris manis tanjung kimpul.

Menjajakan Es Krim sebagi upaya belajar berbisnis

Menjual keranjang kue untuk tambahan bekal menuju Singapura

Profesinya sebagai pendidik tidak ia tinggalkan. Pagi hari mengajar di sekolah formal, sore hari mengajar di Madrasah Diniyah (Madin), kami lazim menyebutnya "Sekolah Arab", padahal tempatnya sih di Indonesia.

Ia cukup aktif di masyarakat. Selain mengisi monolog Jumat, eh, maksudnya khotbah Jumat, ia juga menjadi pembicara di sejumlah jam'iyah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline