Lihat ke Halaman Asli

Aanisah Azzahrah Apriyanti

Seorang wanita yang memiliki cita-cita untuk menjadi orang yang berguna bagi orang banyak.

Pemisahan Budaya Penyebab Aneka Bahasa

Diperbarui: 7 November 2020   01:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di sekitar kita pasti setiap orang mempunyai cara berbicara dan juga logat yang berbeda-beda kan. Baik bahasanya yang berbeda dari kita sampai logat yang berbeda juga. Misalnya saja Bahasa Jawa dan Bahasa Madura, contohnya lagi orang Sunda yang berbicara Bahasa Jawa dengan logat khasnya. 

Bahkan Bahasa jawa pun memiliki perbedaan pada setiap daerah asalnya. Dengan banyaknya Bahasa pada satu daerah saja, kita dapat membayangkan seberapa banyak bahasa di muka bumi ini. Mulai dari Bahasa Inggris yang kita pelajari pada saat sekolah, Bahasa Mandarin yang biasa kita lihat pada bungkus suatu produk luar negri.

Menurut Naom Chomsky sekitar 60.000 – 100.000 tahun yang lalu, manusia belum mempunyai bahasa, mereka hanya berkomunikasi dengan cara teriakan dan juga gestur tubuh saja. Namun setelah itu manusia mengalami perkembangan dalam segala pemikiran dan juga kemampuannya. Mereka mencoba menamai segala sesuatu dengan sebutan yang mudah untuk diucapkan dan biasanya bearsal dari sumber suara segala sesuatu tersebut.

Semakin lama otak manusia berevolusi, mereka mulai biasa menyatukan 2 kata untuk meneyebutkan sesuatu tersebut. Misalnya pada zaman itu orang menyebut sebuah apel hanyalah pel pel dan menyebut sebuah pohon dalah hon hon, lama kelamaan mereka menamai pohon apel tersebut dengan sebutan hon-hon pel-pel lalu akhirnya terciptalah 2 kata yang biasa kita gunakan dalam kehidupa sehari-hari yaitu pohon apel. Gabungan  dari kata-kata tersebuat menjadi awal mula terbentuknya suatu bahasa yang tersebar di berbagai belahan bumi ini.

Manusia dengan pikirannya yang selalu ingin tau membuat penelitian tentang asal mula bahasa. Penelitian pertama dilakukan pada zaman Kerajaan Mesir kuno. Penelitian tersebut diperintahkan langsung oleh salah satu raja pada zaman kerajaan mesir kuno yang bernama Psammetichus menaruh 2 orang bayi ke dalam sebuah tempat atau kandang yang berbeda. Setelah bayi tersebut berusia 2 tahun mereka sudah bisa mengucapkan sebuah kata yaitu kata roti namun dalam bahasa Phyrgian.

Hasil dari penelitian tersebut Raja Psammetichus memiliki anggapan bahwa bahasa Phyrgian merupakan induk dari segala bahasa pada zaman tersebut. Alasannya karena 2 orang bayi yang menjadi objek penelitian tersebut belum pernah diajarkan bahasa apapun.

Bumi yang kita tempati saat ini sangatlah luas dan setiap daratan-daratannya dipisahkan oleh banyak lautan hinga Samudra. Hal tersebut menyebabkan terjadinya peristiwa pemisahan suatu budaya karena orang pada zaman itu sering melakukan migrasi atau berpindah-pindah tempat dari tempat yang satu ke tempat  yang lainnya. Kondisi alam dan juga tempat tinggal mereka menjadikan mereka memiliki bahasa yang berbeda-beda.

Saat orang dari lingkungan lain bertemu dengan orang yang sedang bermigrasi mereka berkomunikasi dengan cara menyatukan atau memadukan bahasa mereka demi mencapai tujuan mereka untuk sebuah tujuan, alasan bahkan hanya sekedar menyapa, sehingga perpaduan bahasa dari 2 orang yang berasal dari lingkungan yang berbeda menjadikan sebuah bahasa baru. 

Perbedaan penulisan serta cara berbicara dipengaruhi oleh jarak. Semakin dekat jarak kota A dan B maka akan semakin mirip pula cara pengucapan atau bahkan penulisan bahasa mereka, dan jika semakin jauh jarak kota A ke B maka akan semakin berbeda pula pengucapan atau bahkan penulisan bahasa mereka.

Nama : Aanisah Azzahrah Apriyanti
NIM : 2440020017
Prodi : D-IV K3
Instansi : UNUSA




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline