Lihat ke Halaman Asli

Yanuarius Melkior Agung Lopi

Ketapang, 06-01-2000

Kelapa Sawit, Asal Usul dan Peluang Bisnis

Diperbarui: 17 September 2018   13:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Perkebunan kelapa sawit pada mulanya berasal dari Benua Afrika yang kini telah menyebar ke seluruh Benua, salah satunya di Benua Asia. Hampir di seluruh Benua Asia terdapat lahan sawit maupun perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan kelapa sawit.

Di Asia sendiri banyak negara-negara yang mengolah sawit menjadi sumber energi bagi masyrakat dunia, secara khusus di Asia Tenggara. Di Asia Tenggara ada dua negara yang menjadi penghasil kelapa sawit terbesar yaitu Indonesia dan malyasia. 

Kelapa sawit pada mulanya masuk ke indonesia dibawa oleh pemerintahan Hindia Belanda pada masa penjajahan, pada saat itu permintaan dunia akan minyak nabati pada awal abad ke-19 menjadikan kelapa sawit sebagai tanaman industri. 

Perkebunan kelapa sawit pertama di Indonesia terletak di Pantai Timur sumatera seluas 5.130 hektar. Dari situlah bermulanya kelapa sawit berada dan dilanjutkan hampir ke seluruh pulau yang ada di Indonesia termasuk kalimantan.

Kelapa sawit juga sudah menjadi bagian dalam perindustrian yang ada di Indonesia hal ini dikarenakan perkebunan kelapa sawit sudah banyak membantu perekonomian Indonesia dari tahun ke tahun.

Di Indonesia banyak daerah yang menghasilkan kelapa sawit dan menjadikan perkebunan kelapa sawit menjadi salah satu penghasil utama bagi masyrakat tersebut. Mengapa demikian, hal ini disebabkan kelapa sawit membawa keuntungan yang besar bagi masyrakat itu sendiri.

Para petani kelapa sawit perlu memperhatikan kesuburan sawit dan memprediksi kapan harus menanam kembali sawit apabila usianya sudah tua/nonproduktif. Kelapa sawit mempunyai usia panen/produktif dan usia nonproduktif/tidak menghasilkan buah lagi, pada saat usia produktif petani sawit bisa memanen kelapa sawitnya tetapi perlu memperhatikan standar panen yang baik dan benar yaitu ketika sawit sudah masak/berwaran merah apabila pemanen tidak memperhatikan standar panen maka akan terjadi penurunan fungsi pada buah sawit dan berkurangnya minyak serta lemak pada buah sawit tersebut. Sedangkan usia nonproduktif petani harus menanam kembali sawit yang baru dan menebang sawit yang sudah tidak layak dipanen. Biasanya kelapa sawit tidak layak dipanen lagi ketika sudah berusia 25 tahun ke atas.

Kelapa sawit ternyata memiliki nilai ekonomis yang dapat membantu perindustrian suatu negara yang mengolah kelapa sawit tersebut, misalnya dapat dijadikan obat-obatan, minyak makan, bahan bakar, dan make up.

Pada prosesnya industri kelapa sawit tidak selalu berjalan dengan lancar terkadang ada penghambat misalnya terjadinya penurunan harga jual beli pada kelapa sawit, hal ini dikarenakan harga di pasar menurun akibat permintaan yang sedikit.

Walaupun kelapa sawit tidak selalu berjalan dengan baik setidaknya kelapa sawit juga memiliki nilai estetika pada kehidupan manusia salah satunya bisa dijadikan tanaman hias dipekarangan rumah.

Kelapa sawit ternyata tidak hanya membawa keuntungan selalu bagi manusia tetapi juga bisa membawa kerugian yang besar bagi hidup manusia dan ekologi di muka bumi. Dengan menanam kelapa sawit sudah pasti akan ada yang dikorbankan salah satunya yaitu hutan, kita tau bahwa hutan menjadi paru-paru dunia dan fungsinya sangat penting bagi seluruh mahluk yang ada di bumi. Dari proses penanaman kelapa sawit kita pun terkena bencana contohnya, banjir, kekeringan, kepanasan yang sebelumnya tidak begitu memukau,  kerakusan unsur hara dan air tanaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline