Lihat ke Halaman Asli

SBY, Benarkah Indonesia Negeri Para Perampok?

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_143985" align="alignnone" width="500" caption="Ilustrasi Admin/Shutterstock"][/caption] Kali ini Presiden Republik Indonesia bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sepertinya berbicara POLOS, BLAK-BLAKAN, LUGAS, CEPLAS-CEPLOS dan apa adanya tentang PERAMPOK di negeri ini. Adakah yang menganggapnya tidak lazim dan kurang memiliki sopan santun? Inilah dunia politik bukan dunia pakeliran, namun jika terbiasa berbohong, negeri ini memang sudah DIRAMPOK dengan KEBOHONGAN para pemimpinnya dan semua yang berada di garda depan negeri ini. Perampok memang tak lepas dari tindakan berbohong untuk memuluskan cara merampoknya.

Wahai Para Pejabat di Indonesia

Ratusan trilyun duit untuk rakyat menguap Kata sang Presiden, karena dirampok perampok berjamaah Memperkaya diri dan kelompoknya dengan cara dihalalkan Lalu apa hanya mengabarkan saja bapak Presiden? Merampok negeri sendiri Penipuan yang tidak jelas juntrungnya Menyulap segala kebijakan dengan kelicikan Menyulap jiwa untuk kepuasan Menyulap hati demi bisikan setan Wahai para pejabat di Indonesia Wahai para pengusaha di Indonesia Wahai kelompok mafia berjas dan dasi Wahai  pemimpin negeri ini Bersikaplah Seriuslah Siapakah sebenarnya perampok negeri ini? Memimpin bangsa ini bukan dengan trik sulap Walau nyatanya banyak yang suka sulap apalagi suap Memimpin bangsa ini bukan untuk mencari hiburan Menjadi pejabat negeri ini bukan untuk mencari perhatian Jangan dipaksakan kalau tidak mampu menjadi pejabat walau dana berlimpah ruah Ketidakseriusan menjalankan amanat rakyat akan membuahkan kesedihan Kesedihan banyak rakyat yang semakin hari semakin melarat Dihimpit segala aturan yang mencekik hingga sekarat Wahai para pejabat di Indonesia Wahai para pengusaha di Indonesia Wahai kelompok mafia berjas dan dasi Wahai  pemimpin negeri ini Syukurilah karunia Tuhan Diberi kesempatan dan kecerdasan Untuk memimpin negeri ini Apakah semua karunia itu akan disia-siakan? Apakah semua karunia itu akan diobrak-abrik dan disalahgunakan? Menjadi perampok negeri sendiri dengan cinta dan ketulusan palsu? Menjadi perampok negeri sendiri dengan kepura-puraan dan rekayasa? Menjadi perampok berjubahkan Agama agar tak bisa diterawang mata kasar kita? Menjadi pemimpin baik, membaik dan akhirnya memang baik Nyatanya tidak hanya sederet kata-kata indah berbalut ayat-ayat agama Kebaikan bukan kepada diri sendiri Kebaikan bukan kedok karena berkorupsi Kebaikan adalah kesadaran tertinggi dalam berperilaku Berperilaku dalam setiap langkah dan mau melihat Melihat dulu kuasa Tuhan Tuhan Yang Maha Esa Baru melangkahlah ke hal lain Wahai para perampok negeri ini Bisakah kalian memenuhi dan memuaskan kuasa Tuhan? Berhentilah menjadi perampok bangsa sendiri! 251011

- Akhirnya SBY Ngamuk!

- Pergantian Kursi Menteri Kali Ini, SBY Menilai dari Cara Duduknya

- Baik Mana, Demo Turunkan BBM atau Turunkan SBY?

- SBY Ternyata Bupati di Negara Hutan

- Pidato Terbaik SBY Saat Berbuka Puasa

- Ketika Presiden SBY Merayu Afika di Twitter

- Kalau SBY Gatal Melahirkan Puisi Garuk-Garuk

- Presiden SBY Dizolimi TV One

- Mahasiswa, Jangan Hanya Demo Saja!

- Salam Kemiskinan Buat Tuan Presiden

- Rencana 3 Orang Ini Bila Bertemu Presiden SBY

- Angka Kemiskinan Menurun, Sudah Layak SBY Membeli Pesawat Kepresidenan?

- Ratu Belanda Dijadikan Sasaran Tembak, Presiden SBY Diam Saja

- Ini Dia Keberhasilan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

- Rahasia Kemenangan SBY Menjadi Presiden RI 2x

- SBY Dapat Gelar, Gayus Makin Memar

- Puisi Untuk Para Pemimpin Bangsa di Negeri Kaya Raya yang Penduduknya Kelaparan

Illustrasi :headline.lensaindonesia.com, groups.yahoo.com, jakpress.com




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline