Lihat ke Halaman Asli

Khrisna Pabichara

TERVERIFIKASI

Penulis, Penyunting.

Apartemen Anggota Dewan: Wacana Mer[d]eka

Diperbarui: 26 Mei 2019   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana gedung DPR RI, Jakarta, Jumat (22/5/2009).(KOMPAS/PRIYOMBODO)

Belakangan ini santer terdengar wacana pembangunan apartemen bagi anggota DPR. Syahdan, lahan yang akan digunakan adalah Taman Ria Senayan. Tentu saja ini kabar yang menggembirakan. Wacana ini pasti bertumpu pada keyakinan bahwa ekonomi kita kian meningkat dan menguat, sehingga wakil kita di Senayan perlu dihadiahi apartemen setelah dikasih rumah.

Sebagai penyambung lidah rakyat, sebagai pembela warga negara di seluruh pelosok nusantara, sebagai pejuang garis depan dalam memperjuangkan nasib rakyat yang diwakilinya, anggota dewan memang patut dilimpahi rupa-rupa kenyamanan. Biar makin getol membela rakyat. Biar makin gesit bekerja. Biar bisa istirahat dengan nikmat setelah berjuang habis-habisan untuk daerah pemilihannya.

Rakyat, tanpa diikuti kata jelata, mestinya arif dan bijak menyikapi wacana tersebut. Pada masa lalu, semasa masih disebut Jacatra atau Batavia oleh penjajah, rakyat Jakarta sudah terbiasa melihat para "meneer" terbahak-bahak di "gedong megah" dari jendela rumah mereka yang rapuh, lapuk, dan berayap. Kini, setelah 72 tahun merdeka, rakyat mesti merdeka dari kekesalan dan kebencian: membayang-bayangkan anggota dewan ngorok dan ngiler di apartemen mewah.

Anggap saja taman atau tempat bermain tidak pas berada di bilangan Senayan. Nanti rakyat yang tak bersepatu dan tak berdasi, yang dekil dan belum mandi, yang kumal dan bau ketek, yang ceking dan menahan perih lapar, yang kuyu karena tidur di kolong jembatan layang, yang langit jadi atap rumahnya, main-main di taman itu dan ketahuan betapa banyak "yang diwakili anggota dewan itu" yang belum kenal kasur empuk atau dapur dengan makanan tumpah ruah. Sekalian usulkan nama apartemen itu: Apartemen Rasa Mer[d]eka.

Tenang saja. Rakyat pasti leluasa berkunjung ke apartemen baru itu, andai kata benar-benar nanti dibangun, untuk menemui anggota dewan. Di sana, rakyat bisa merasakan hawa dingin mencucuki kulit, mencium kamar yang diruapi wewangian atau aroma terapi, kemudian menyampaikan aspirasi dengan santun dan halus: Sungguh ini imbalan setimpal bagi kinerja anggota dewan yang luar bi[n]asa.

Tak ada yang perlu dicemaskan, bukan?

Taman itu, bila sudah ditanami beton apartemen, akan tampil lebih elegan. Bukankah gedung pencakar langit lebih menunjukkan kemajuan dan kemapanan dibanding pohon-pohon dan bunga-bunga? Jangan sewot. Anggap saja begitu. Anggap pula tulisan ini sekadar gerutuan atau racauan rakyat--dengan kata jelata di belakangnya.

Merdeka!

@khrisnapabichara 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline