Lihat ke Halaman Asli

Della Anna

TERVERIFIKASI

Keperawanan, Antara Tradisi dan Prinsip di Maroko

Diperbarui: 20 November 2016   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi www.trouwenbrugge.be

Eh besok kluar dari kerjaanmu ya, bikin malu orang tua. En denger minggu depan pulang ke kampung sama tantemu!’’

‘’Sudahlah Pa, jangan tekan anakmu. Kita punya cuma satu.’’ Istri Mehmed mengiba.

Singkat kisah, mereka telah menjodohkan putrinya - Karima dengan seorang Ibrahim, pemuda asal kampung di Maroko. Dan tahun depan akan diselenggarakan pesta besar baik di Maroko dan di Belanda. 

Namun malapetaka menghalang rencana pernikahan ini oleh karena lewat tante Karima mereka mendengar bahwa putri mereka telah melakukan hubungan seks luar nikah dengan pacarnya di Belanda. Dan pacar ini lewat status FB-nya telah serempet hal yang sensitif bahwa Karima ’’onderdilnya gak utuh lagi.’’ 

Kelahi pun tak terelakkan lagi. Karima memang sejak semula menentang perjodohan yang telah diatur oleh orang tuanya. Dan orang tua tidak bisa mundur lagi karena mempertahankan martabat dan nama baik keluarga. So, rencana pernikahan tahun depan tetap harus jalan. Karena tragedi ini, orang tua Karima mengirim putrinya ke Maroko untuk segera memperbaiki ‘’kerusakan keperawanan’’ lewat tindakan surgery. Hal ini harus mereka lakukan secepatnya demi menjaga martabat dan nama baik keluarga.

Pentingkah keperawanan itu?

Pada kebudayaan atau tradisi Maroko, maka pada malam pertama setelah pesta pernikahan, pengantin pria Maroko harus melihat darah dari keperawanan pengantin wanita yang telah menjadi istrinya. Kisah malam pertama yang paling ditakutkan oleh banyak pengantin wanita Maroko dimana saja mereka berada. Oleh karena bisa saja pada malam pertama himen (selaput dara) tidak pecah karena banyak faktor. 

Inilah tradisi itu. Entah itu pengantin Maroko yang ada di Maroko atau yang berdomisili di negara lain. Pengantin pria tetap harus melihat pada malam pertama darah keperawanan istrinya. Pengantin wanita tidak dapat membuktikannya, malapetaka pernikahan usia muda siap menjagal rumah tangga tersebut dan itu berarti aib keluarga.

Sosiolog Soumaya Naamane (beliau seorang peneliti asal Maroko) menyatakan berdasarkan hasil penelitian, bahwa hampir lebih dari setengah wanita dengan pendidikan tinggi di Maroko telah melakukan kontak seksual di luar nikah.

Dan menurut Antropologi Amsterdam, Corine Marseille, tindakan surgery untuk memperbaiki  kembali kerusakan selaput dara (himen) adalah ‘’penyimpangan kebudayaan.’’

Di negeri Belanda sendiri tindakan operasi untuk memperbaiki selaput keperawanan bisa dilakukan di rumah sakit. Namun permasalahannya terhenti bila hal ini harus dikaitkan dengan ketentuan asuransi kesehatan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline