"Manusia tak ada yang sempurna, ia pasti suka berbuat khilaf dan dosa..."
Kata-kata pelipur lara nan indah ini sering menjadi hiasan dalam percakapan kita. Benar sih, manusia memang bukan sosok malaikat yang sudah terjamin kesuciannya, tetapi jika seseorang terlalu sering (bahkan doyan) menyakiti dan menyinggung perasaan orang lain, masih pantaskah ia disebut manusia?
Di Kompasiana, banyak dijumpai tulisan yang membahas sesama kompasianer lewat akun beneran maupun kloningan. Apalagi jika yang dibahas adalah kekurangan/ keburukan kompasianer tersebut, dijamin bakal ramai pengunjung.
Berikut beberapa alasan mengapa hal itu bisa terjadi, misalnya:
1. Si penulis membuat tulisan miring soal SARA atau berita yang dianggap HOAX. Tungguin deh, akan muncul ragam komentar dan artikel tandingan yang kebanyakan malah menyerang sisi pribadi penulis tadi.
2. Si penulis (korban) mengkritik eksistensi salah satu group dalam Kompasiana ini. Well, anggota group yang merasa dikritik pun memakai gaya tawuran ABG untuk menyerang balik. Sebagian mengklarifikasi secara cantik, tapi sebagian lagi betah berpolemik.
3. Si penulis selisih paham lalu berseteru panjang dengan kompasianer lain. Ibarat kartun Tom and Jerry, tingkah mereka menjadi hiburan tersendiri bagi yang melihatnya.
Disadari atau tidak, dalam hingar bingar itu mungkin terselip perkataan yang mengarah pada pergunjingan. Dulu, saya pribadi jujur saja pernah menjadi PELAKU sekaligus KORBAN dari arena gunjing menggunjing.
Namun seiring waktu dan juga atas dorongan dari teman-teman yang TAK SUNGKAN untuk mengingatkan, saya menyadari bahwa kelakuan buruk tadi hanya mempermalukan diri serta membuat amalan baik terkikis habis. (Emangnya punya amalan baik? :D).
Btw, mana daftar kompasianer yang suka bergunjing? Daftarnya ada di dalam hati masing-masing. Hehe...
Salam Pedez