Lihat ke Halaman Asli

Zul Majjaga

Kalolona Syamsul B Majjaga

Pemilihan dan Jurnalis Pemilu

Diperbarui: 21 Oktober 2020   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

int (wajah) tak berwajah | sumber: pinterest/malak476


Pemilihan umum kepala daerah sedang berlangsung, bagaimana pemberitaan anda?  Semoga tidak sekacau alur dan kerangka tulisan ini. 

Sebagian besar gerbang pertama yang keluar di sela - sela  aktivitas  para kandidat, mayoritas akan memainkan  subgenre baru, seperti  kritik pada pesaing yang di poles  dengan kegagalan, informasi kecolongan dan inspirasi dari kesalahan.

Bahkan, situasi sekarang, cenderung gagal memberi tahu nalar sadar kita, kontur dari apa yang salah pada tahun tahun pemilu sebelumnya, Fakta bahwa  

Jurnalis dan media saat ini masih terlalu berfokus pada kepribadian dan pemungutan suara ketika mereka seharusnya lebih memperhatikan masalah yang penting bagi pemilih; mereka membiarkan wajah calon  mendominasi liputan , hingga merugikan pemilu sebagai seleksi kepemimpinan.


Satu sisi  lain masyarakat di harapkan  lebih serius, baik dalam memilah  maupun memutuskan ; dan, ketika semuanya sudah berakhir menjadi pilihan, mereka menyalahkan kembali warga masyarakat dan cenderung melupakan  pragmatisme akut politisi.

Kandidat dan pasaingnya apa yang mesti dilakukan.

 Saya menyebut nya dengan  gerakan mendukung kampanye pelaporan publik, gerakan stimulus dari ruang berita  yang cenderung mengabaikan dan ahirnya malah tidak mengakui kegagalan mereka sendiri untuk menganalisis isu-isu yang pantas mendapat perhatian.


Menurut saya, ini adalah  hal terbesar dari apa yang salah dengan cara media dalam liputan jurnalisme politik; wartawan berfokus pada kereta dayangnya ( selalu tidak menyebutkan kata ' publik'  daripada pada apa yang dia 'calonya' katakan; mereka memoles  respons kontropersi kurang nyama  berada di sekalilung yang menaungi pemberitaan kandidat.  

Media terlalu sibuk mengalihkan kandidat yang nampak terlalu bosan dengan  kalimat - kalimat kampanyenya, daripada mengelolah narasumber dan pengakuan masalah kebijakan dalam mempertimbangkan gagasan serius dan terperinci  tentang cara mengelola kehidupan sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline