Lihat ke Halaman Asli

Zulfan Fauzi

Prosais, penulis

Perempuan yang Membaca Hujan

Diperbarui: 11 Maret 2024   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tidak ada cahaya lampu di beranda rumah itu ketika Kartika dan Bimo tiba di sana. Satu-satunya sumber penerangan hanyalah senter dari hp Bimo yang mengarah ke dalam lubang kunci, tempat lelaki itu memasukkan kunci dan memutarnya dua kali ke arah kanan hingga terdengar bunyi "ceklek". Kemudian pintu itu ia dorong dengan perlahan, berusaha agar tidak menimbulkan derit karena engsel pintu yang sudah lama tidak terlumasi.

Usaha Bimo gagal, seperti tangisan pintu itu terbuka dengan derit menyayat hati. Kartika merasakan ada kesedihan merayap keluar seiring pintu terbuka, ia melangkahkan kakinya masuk, membiarkan kegelapan rumah itu menenggelamkannya dalam-dalam, dan menikmati sensasinya, sebelum satu demi satu lampu dalam rumah dinyalakan.

Semua diawali oleh Rendra seorang novelis genre thriller dan misteri, yang mengirimkan permintaan unik kepada biro jasa pembaca kenangan Kartika dan Bimo. Rendra meminta bantuan mereka untuk membaca kenangan di rumah yang pernah terjadi pembunuhan.

"Saya perlu bantuan kalian, ada beberapa detil peristiwa yang perlu saya tambahkan untuk dimasukkan ke dalam cerita," katanya.

Jauh sebelumnya, ketika Kartika menganggap bakat unik miliknya itu adalah anugerah alih-alih kutukan. Ia memutuskan memanfaatkannya sebagai ladang usaha. Bersama Bimo, teman SMAnya, ia membuka biro jasa untuk membaca kenangan pada benda atau tempat-tempat khusus.

Setelah resign dari pekerjaanya dan berfokus membesarkan biro jasa miliknya, alih-alih terkenal, biro jasa yang Kartika bangun dengan susah payah, harus tertatih-tatih untuk sekedar bertahan. Untuk sekedar bisa berpenghasilan dan tetap hidup, ia menerima permintaan apa saja dengan kemampuan uniknya itu, yaitu membaca jejak kenangan atau masa lalu dari benda atau tempat yang terkena tetesan hujan.

Dari permintaan syuting acara mistis, hingga ia dianggap "orang pintar" atau supranaturalis. Ia membenci itu, ketika ia harus berpura-pura bisa melihat keberadaan hantu alih-alih kenangan. 

Lalu, sebuah permintaan unik tiba. Dan itulah alasan mereka sekarang berada di sini, di rumah kosong yang pernah terjadi pembunuhan.

"Sekarang?" tanya Bimo.

Kartika mengangguk. Rendra ada di sisinya menyiapkan catatan.

Lalu, Bimo dengan beberapa botol air hujan yang sudah mereka persiapkan sebelumnya, mulai memercikkannya ke sekeliling rumah, ke setiap sisi yang diminta oleh Kartika untuk dibasahi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline