Lihat ke Halaman Asli

[RINDU] Password

Diperbarui: 7 September 2016   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau (UIN SUSKA RIAU) atau sering disebut juga UI Negeri, Mahasiswa semester tiga. Masa dimana mahasiswa belum tahu banyak tentang dunia perkuliahan, masih meraba-raba seperti apa sesungguhnya dunia perkuliahan itu. Mereka hanya baru mengenal suasana kampus yang nyaman dan menyenangkan ketika Dosen berhalangan hadir begitu juga sebaliknya suasana kampus akan terasa menyeramkan ketika mengikuti perkuliahan statistik dengan Dosen yang killer.

Berkumpul bersama teman dengan berbagai karakter membuat warna-warni lingkungan kampus seakan lebih hidup, memiliki teman yang luar biasa aktif dibidang rohis lengkap dengan percakapan ana, antum, akhi , dan ukhtinya, berjuma dengan teman yang super pintar yang tidak ketinggalan dengan kacamata Tebalnya, berjumpa dengan perempuan tomboy yang dipaksa memakai rok, berjumpa dengan kurcaci-kurcaci alias orang-orang dengan bertubuh mungil termasuk saya dalam kelompok ini, berjumpa dengan orang banyak omong tapi tak banyak bekerja No Action Talk Only (NATO).

Teman yang satu ini punya keunikan tersendiri. “Password, password” pintaku. Jika aku mengatakan “Password” maka dia akan memeperlihatkan  mimik wajahnya yang lucu. Bibir dibuat rapat, kaki duduk bersila ala-ala perempuan manja, dan tatapan matanya yang tajam seolah-olah dia sedang digoda oleh beberapa pria yang mencoba menggodanya. Ya, dia seorang laki-laki yang selalu membuatku tertawa terpingkal. Sikapnya yang santai yang seakan tak percaya jika dia memang bisa menirukan lenggak-lenggoknya bak perempuan feminim.

Dia akan merengek kepadaku untuk menirukan gaya dosen killer yang hanya membela anak kesayangannya ketika melakukan kesalahan. Aku tertawa melihat dia begitu bersemangat ingin melihat aksi gilaku menirukan dosen killer itu mulai dari suara yang saya buat sampai tatapan mata sinisnya saat menerangkan materi kepada mahasiswanya. Dia rela melakukan berkali-kali hal yang saya pinta, itu juga membuat aku tertawa terpingkal-pingkal. Kini dia tidak lagi melanjutkan perkuliahannya. Dia memutuskan untuk berhenti dan menggeluti dunia pekerjaan. Wajah lucu itu kini tak pernah aku lihat lagi, cukup membayangkannya aku sudah terhibur. Begitulah uniknya temanku yang satu ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline