Lihat ke Halaman Asli

Mengenali Perbedaan dalam Pengabdi Setan (1980) serta Pengabdi Setan 2: Communion (2022)

Diperbarui: 11 September 2022   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com

Pengabdi Setan merupakan salah satu film horor Indonesia yang sedang banyak diperbincangkan oleh khalayak. Pengabdi Setan 2: Communion (2022), merupakan sekuel dari film Pengabdi Setan 1 (2017) yang juga disutradai oleh Joko Anwar. Tapi, kalian tahu nggak sih? Ternyata Pengabdi Setan 1 (2017), merupakan sebuah reboot dari film Pengabdi Setan (1980).

Nah, sekarang kita akan mengulik apa sih perbedaan antara  Pengabdi Setan (1980) dan Pengabdi Setan 2: Communion (2022).

Pertama-tama kita akan menilik terkait genre yang terdapat dalam dua film ini. Tentunya, kedua film ini memiliki genre yang sama yaitu horor. Genre sendiri dapat kita pahami sebagai kesepakatan dalam film yang dilambangkan dengan konten khusus yang didasarkan pada tema atau latar belakang (Astuti, 2022).

Jika kita menilik dari judulnya, kedua film ini mengangkat tema satanisme. Meskipun begitu, dalam film Pengabdi Setan (1980) kurang digambarkan terkait pemujaan kepada setan tidak seperti yang digambarkan dalam judulnya.

Hal tersebut sangat berbeda jika dibandingkan dengan Pengabdi Setan 2: Communion (2022). Dalam film ini, sebuah sekte yang memuja kepada setan lebih kentara. Sehingga judul dalam Pengabdi Setan 2: Communion (2022), lebih merepresentasikan tema serta alur cerita jika dibandingkan dengan Pengabdi Setan (1980).

Selanjutnya, kita akan membahas terkait sub-genre yang terdapat dalam kedua film ini. Sub-genre ini muncul sebagai akibat dari perkembangan tiga genre utama dalam film. Sub-genre yang terdapat dalam kedua film ini pun sama yaitu, noir.

Sub-genre dalam kedua film ini dapat kita lihat pada latar film yang lebih banyak mengambil dalam waktu malam hari dibandingkan siang hari. Selain itu, karakter utama dalam film ini juga dapat membantu kita dalam mengklasifikasikan film ke dalam sub-genre ini.

Dapat kita lihat, kedua film memiliki pemeran utama yang memiliki karakter keras kepala. Selain itu, dalam kedua film juga terlihat beberapa adegan pembunuhan meskipun pembunuhan tersebut terjadi akibat ulah makhluk halus.

Sumber: IMdb

Aspek terakhir yang akan kita ulas terkait kedua film ini merupakan paradigma yang terdapat dalam film. Paradigma merupakan cara pikir atau cara pandang yang nantinya akan digunakan untuk menganalisis pesan yang disampaikan dalam film, merumuskan fokus dalam analisis film, serta aturan yang harus diikuti dalam menginterpretasi sebuah film (Astuti, 2022).

Kedua film ini menggunakan paradigma fungsionalisme yang dikembangkan oleh Robert Merton dan Talcott Pearson. Paradigma fungsionalisme dapat kita pahami sebagai sebuah penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline