Lihat ke Halaman Asli

Zatil Mutie

Penulis Seorang guru dari Cianjur Selatan

Cinta dalam Secuil Wajik

Diperbarui: 12 November 2022   21:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wajik: Dok. Pribadi

Saat derai hujan menghiasi senja.  Pria paruh baya itu kembali datang. Wajah sayu dengan sorot mata memelas. Penampilannya pun tak seperlente dulu. 

Tubuhnya basah kuyup, lalu  berbaring di ranjang tua yang sengaja Ibu simpan di kamar belakang.  Kini ia mengiba pada wanita yang berdiri tanpa respons di sisi kursi tua dekat lemari pakaian.

"Aku bangkrut, War," ucapnya dengan wajah sedih.

Ibu hanya terdiam mendengar ratapan itu.

"Lalu, ke mana istri yang kamu manjakan itu? yang kau utamakan melebihi anak-anakmu dulu?" jawabnya, sambil membenahi hijab kecokelatan yang sudah tak keruan letaknya.

Sudah menjadi hal lumrah rasanya, jika suami akan kembali kepada istri pertama. seorang suami akan pulang usai tak sanggup lagi menjadi pengumbar nafsu yang bergelora.

Diam-diam aku dan Kakak menguping. Dalam benak kembali berputar kenangan-kenangan masa silam.

***

        Ayah menggadaikan sawah warisan dari Kakek yang Ibu terima lima tahun lalu. Setelah beberapa waktu bangkrut dari usaha furniture-nya.

Melihat kesungguhan Ayah, Ibu memberikan izin. Baginya apa pun akan dia relakan jika itu bisa membantu perekonomian keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline