Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Cerpen: Usai Subuh Sebelum Pukul Tujuh

Diperbarui: 21 September 2020   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by Pixabay.com

"Abang percaya ada tuyul?"

Aku tersedak! Gagal menikmati reguk pertama dari segelas kopi. Lelaki yang baru saja duduk di hadapku, terkejut melihat reaksiku. Wajahku terasa panas. Tertunduk. Kedai kopi, kembali sepi.

***

Hampir tujuh bulan bergabung, aku sudah tahu. Marto selalu menjadi orang pertama yang tiba di pangkalan ojek. Setelah sholat subuh berjamaah di masjid yang tepat berada di depan pangkalan, Marto akan meletakkan motor biru tua miliknya pada posisi paling kanan di tepi jalan raya.

Aku menjadi yang kedua. Biasanya, aku dibangunkan istri sebelum azan subuh, dan akan pergi ke pangkalan, setelah istriku pulang ke rumah usai sholat berjamaah. Di masjid yang sama dengan Marto. Motorku pun terparkir di urutan kedua.

Dua minggu sebelum mendaftar di pangkalan ojek itu, aku melakukan penelitian. Ada sebelas anggota tetap. Tujuh orang sudah menikah, dua orang pernah menikah. Satu orang akan menikah, dan satu lagi masih kuliah.

Lima orang memiliki motor sendiri. Tiga orang masih membayar cicilan kredit bulanan. Dua orang meminjam motor saudaranya. Dan satu orang menyewa motor siapa saja, dengan perjanjian bagi hasil dari pendapatan harian. Aku beruntung, memiliki motor sendiri walau berusia tua.

Aku perhatikan, kecuali Marto, sepuluh orang lainnya akan datang satu-persatu ke pangkalan setelah pukul tujuh. Pada jam segitu hingga pukul delapan, calon penumpang akan datang dan diantar. Anak sekolah, ibu-ibu yang pergi ke pasar, serta beberapa pegawai berseragam kantoran.

Waktu yang kuanggap paling produktif itu, mesti dimaksimalkan. Karena aturan di pangkalan, tak bisa pilih-pilih penumpang. Harus patuh sesuai antrian. Sebelum berangkat mengantar penumpang, juga mesti menuliskan tanda silang di daftar harian anggota.

Setiap mendapatkan sepuluh pelanggan, semua anggota mesti menyetorkan uang sebesar lima ribu rupiah, sebagai uang kas pangkalan. Uang yang terkumpul diberikan kepada anggota, jika diterpa musibah. Nominalnya sesuai kesepakatan semua anggota. Dan, Marto adalah bendahara pangkalan.

Aturan mesti menyetor uang lima ribu itu, hanya berlaku mulai pukul tujuh hingga pukul lima sore. Kukira, itu salah satu alasan Marto, memilih datang ke pangkalan setelah sholat subuh. Biasanya, ada saja jamaah yang minta diantarkan ke pasar atau membeli sarapan, sebelum pulang ke rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline