Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Gantungan Kunci

Diperbarui: 11 Agustus 2020   00:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Silas Köhler on Unsplash (Unsplash.com/@silas_crioco)

Bergantian kunci rumah tua berbentuk hitam panjang, dan satu kunci kendaraan roda dua juga berwarna hitam ditimang. Satu keputusan telah dijatuhkan. Kunci rumah tua harus berpindah tangan usai ditimbang.

"Sebentar lagi lebaran, Mas!"

Gantungan kunci mengingat keputusan itu penuh luka. Kala terakhir ia memeluk kunci rumah tua. Tanpa air mata.

Terjadi pergantian formasi. Satu kunci berwarna keemasan adalah kunci baru dari pintu rumah kontrakan. Satu kunci berwarna putih yang baru, menemani kunci kendaraan roda dua berwarna hitam yang malu.

"Anak-anak mau sekolah, Mas!"

Gantungan kunci terdiam. Dalam hitungan bulan, dua pembicaraan dan dua peristiwa mampu mengubah keberadaan. Sepanjang malam, ia memeluk kunci berwarna hitam.

Terkadang hidup seperti embun pagi yang rela lenyap oleh kehangatan sinar mentari. Pun ketika merelakan kepergian kunci berwarna putih yang tanpa angsuran. Rumah kontrakan juga butuh pelunasan di akhir bulan.

"Bulan depan, Mas?"

Gantungan kunci menatap satu-satunya anggota yang tersisa. Kunci berwarna keemasan membalas dengan tatapan duka.

Kau ingin memelukku?

Curup, 08.08.2020
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline