Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mutoharoh

Semua orang adalah guruku

Pemijat Sepuh Itu

Diperbarui: 23 Oktober 2021   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebut namanya Mbah Yahyem. Wanita sepuh yang sampai saat ini masih dibutuhkan oleh kami karena keahliannya. Pijat tradisional.

Langkah kakinya yang sudah semakin menua tak menyurutkan semangatnya untuk membantu orang yang tubuhnya merasa lelah. Soal harga, tak ada pathokan khusus. Seikhlas yang memberi saja.

Sore itu ku lihat Mbah Yahyem berjalan menuju ke arah utara. Mungkin ada yang membutuhkan pertolongannya. Ya, Mak Yahyem lebih senang memijat di rumah "pasien"nya daripada memijat di kediamannya.

"Biar Mbah Yahyem sehat dan kuat.. Sisan silaturahim neng ngomahe tetangga.. Sekalian silaturahim di rumah tetangga..".

Itulah jawaban Mbah Yahyem ketika dulu ku tanya. Sebenarnya kadang ada yang mau menjemputnya dengan motor, tetapi tetap saja Mbah Yahyem tidak mau.

Oh iya, jangan membayangkan Mbah Yahyem berjalan dengan menggunakan sendal. Tidak sama sekali. Dia berjalan tanpa alas kaki.

Ada benernya sih, dengan berjalan nyeker maka syaraf kaki akan menginjak bebatuan. Sakit pastinya, tetapi pasti membuat tubuh menjadi lebih fit.

***

Keesokan harinya tak ku lihat Mbah Yahyem. Padahal sebagai tetangga terdekat, aku sering melihatnya menyapu halaman rumahnya. Ia memang tinggal sendirian di sini. 

Oh iya, anak-anak Mbah Yahyem yang berjumlah empat orang, tinggal di luar kota. Semua menjadi orang yang berhasil.

"Pak, kok Mbah Yahyem tidak kelihatan ya..", kataku kepada suamiku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline