Lihat ke Halaman Asli

Zahrotul Mutoharoh

Semua orang adalah guruku

Ibu, Ibadah Haji, dan Umrah

Diperbarui: 16 Oktober 2021   03:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

"Iki ibu gur mbantu sithik.. Nggo ngulon..".

Kata-kata ibu selalu ku ingat. Entah sudah berapa kali ibu mengatakan itu kepadaku. Dan juga kepada kakak-kakakku.

Sejumlah uang disisihkan ibu untuk kami, anak-anaknya. Uang dari uang pensiunan yang diterima tiap bulannya.

Memang besar harapan ibu agar kami, anak-anaknya, dapat beribadah di tanah suci. Harapan itu sudah jauh-jauh hari disampaikan ibu. Jauh sebelum covid-19 hadir di muka bumi ini.

"Ibu ora isa ngulon.. Gek kowe wae dhoan sing ngulon..".

Di lain waktu beliau mengatakan itu kepada kami. Ya, kami tahu ibu sangat ingin "ngulon". Pergi ke tanah suci Mekkah.

Entah tahun berapa ibu sudah mendaftarkan diri untuk berhaji. Aku sendiri yang mengantarkan ibu ke kantor Depag saat itu. Syarat-syarat dicukupi ibu. Termasuk membayar sejumlah uang untuk mendapatkan kursi.

"Seharusnya kamu sekalian ndaftar, Na..", kata ibu saat itu.

Ya, seharusnya. Tapi saat itu aku tak memiliki uang sebanyak itu untuk membayar kursinya. Saat itu aku masih seorang guru honorer.

***

Manasik haji selalu menjadi kegiatan rutin ibu stip minggunya. Di sebuah sekolah swasta Islam ternama di kabupaten kami. Ku antar ibu setiap hari Minggu pagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline