Lihat ke Halaman Asli

Ceramah Gus Baha

Bismillah. Alhamdulillah. Kemanapun aku terjatuh aku terjatuh pada rahmatMu yaa Allah, Kemanapun aku meraih aku meraih pada rahmatMu yaa Allah

Gus Baha: Mencintai Nabi dengan Mencintai Ulama

Diperbarui: 15 Desember 2022   14:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bismillahirrahmanirrahim

Sebagai umat Islam kita tentu mencintai Nabi. Tapi bagaimanakah cara mencintai Nabi. Bisakah kita mencintai Nabi begitu saja tanpa bimbingan ulama. KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Kyai yang akrab disapa Gus Baha, mengatakan bahwa mencintai Nabi perlu bimbingan ulama. Maka perlunya umat Islam mengaji kepada ulama.

"Makanya menurut saya ngaji dengan ulama itu wajib fardhu ain karena mereka yang tahu cara mencintai Nabi. Maka jangan langsung mencintai Nabi, ada tata caranya maksudnya. Kita semua tentu mencintai Nabi tapi tata caranya menunggu yang ditentukan ulama," jelas Gus Baha.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa perlunya melupakan hal hal buruk dalah hidup kita. Hal buruk dalam hal ini pengaruh negatif yang dapat mencelakakan kehidupan kita seperti pornografi.

"Diantara syaratnya jadi wali itu adalah pelupa. Syekh Izzuddin bin Abdissalam mengatakan Manusia bisa jadi orang baik itu dimulai dari lupa dulu. Yaitu lupa dari sesuatu yang buruk. Misalkan lupa pada pornografi, " urai Gus Baha.

Menghindari keburukan juga dilakukan dengan menghindari berteman dengan teman teman yang buruk. Terkecuali seperti perkataan Gus Baha pada ceramah lain bahwa berteman dengan orang buruk karena ingin mendakwahi dan mengajak pada kebaikan. Seperti Nabi Isa AS yang berteman dengan orang buruk untuk berdakwah. Karena Nabi Isa AS bertindak seperti seorang dokter yang mengobati orang yang sakit.

"Merupakan salah satu teman buruk yang mengatakan kamu belum laki laki kalau belum merasakan berbagai perempuan. Belum laki laki kalau belum mencoba narkoba. Nanti di kuliner juga begitu meskipun tidak sampai maksiat. Kamu belum menjadi orang kalau belum merasakan kuliner ini. Karena orang akan termotivasi dengan hal yang sama. Dan teman akan memprovokasi pada minat yang sama, "jelas Gus Baha.

Gus Baha melanjutkan, beda halnya jika berteman dengan orang baik atau orang sholeh. Dimana orang sholeh yang merupakan waliyullah akan mengajak pada kebaikan.  

"Bandingkan jika kamu daftar wali.
Wali itu menyampaikan orang itu belum bisa disebut ibadah, jika belum wiridan tidak ingat apapun kecuali Allah. Akhirnya kamu mencoba dan mencoba bagaimana caranya jadi wali. Lupa TV lupa uang termasuk sampai lupa pada tanggung jawabnya, hahaha. namanya juga latihan jangan disalahkan. Kamu bergaya resi lalu menangis meskipun ketika ditanya kenapa begitu dijawab karena memikirkan hutang hutangnya," lanjut Gus Baha

Menempuh jalan kesholehan dimulai dengan lupa pada hal buruk. Seperti melupakan maksiat zina mata dengan melihat foto aurat perempuan. Karena dari penglihatan itu bisa membawa pada dosa zina.

"Kita lebih senang melihat seorang hamba menuju jalan ini. Yang penting ada unsur lupa. Karena kalau kita ingat maksiat itu tersandera. Coba (bagi laki laki) kalau kamu lihat gambar perempuan cantik dan montok kalau tidak ngenes. Kenapa aku tidak punya istri secantik itu. Ketika kamu melawannya untuk tidak berzina karena foto itu maka butuh perjuangan. Tapi kalau kamu lupa sama sekali tentang itu kan nyaman hidup ini. Maka syarat kenyamanan adalah lupa dengan hal hal yang menggiurkan," urai Gus Baha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline