Lihat ke Halaman Asli

Ceramah Gus Baha

Bismillah. Alhamdulillah. Kemanapun aku terjatuh aku terjatuh pada rahmatMu yaa Allah, Kemanapun aku meraih aku meraih pada rahmatMu yaa Allah

Simak Pesan Gus Baha untuk Menghindari Was-Was

Diperbarui: 12 Mei 2022   02:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

bismillahirrahmanirrahim

Manusia di zaman akhir menilai telah terjadi keburukan. Tak terpikir bahwa disamping penyimpangan yang terjadi juga telah banyak hal baik yang terjadi di alam raya ini. Dengan berpikir positif, banyak kebaikan di balik terjadinya keburukan yang patut disyukuri. Perasaaan negatif tentang persepsi diri dan lingkungan tersebut merupakan bentuk was was.

Bagaimanakah sesungguhnya was was itu. Apakah suatu hal yang baik selalu berpandangan negatif tentang diri sendiri dan dunia?.  Pakar Tafsir Al Quran, KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha menjelaskannya dalam ceramah pada kanal Youtube 'Dakwah Inti', yang berjudul"Gus Baha Terbaru, 3 Nopember 2021 tentang Ilmu".

Gus Baha mengatakan bahwa perasaan was was sebagaimana terdapat dalam Al Qur'an  surat Annaas adalah perasaan yang menjadikan buruk hubungan antara dirimu dengan Allah. Sehingga kita harus berlindung darinya. Was was membuat seseorang melupakan sifat halusnya Allah yang Maha baik. Kemudian was was selalu mengingatkan kita akan perilaku kita yang buruk.

Sementara, ujar Gus Baha, selama ini kita melakukan banyak kebaikan di dalam keseharian kita. Seperti kita sholat adalah atas kehendak Allah. Berarti kita bisa melaksanakan sholat itu karena sisi halusnya Allah.

"Sebaliknya, setan selalu mengingatkan kita akan dosa dan kesalahan kita. Bahwa setelah berhasil sholat kita juga pernah berulah. Seperti pernah nongkrong di perapatan menggoda perempuan cantik, atau membohongi orang saat berjualan di pasar. Sehingga kita mensifati diri kita buruk sekali. Tidak ada Rahmat Allah sama sekali," papar Gus Baha.

Dalam petuah ulama terdahulu Abu Hasan As Syadzili, lanjut Gus Baha, dikatakan bahwa was was membuat anda lupa berpikir positif. Bahwa anda tadi sholat shubuh setelah itu membaca wirid. Lalu anda juga bekerja untuk mencari nafkah yang halal. Was was menghilangkan sisi positif diri anda sehingga anda tidak nyaman dengan kehidupan ini. Lama kelamaan anda menjadi tidak nyaman dengan Allah SWT.

"Abu Hasan As Saydzili adalah orang yang tidak ingin membuat kita menganggap terlalu buruk diri sendiri. Karena dapat berakibat orang tidak menganggap bahwa sesungguhnya Allah sangat baik. Lama lama kamu berkata, Aku ra tau apik dosa tok," jelas Gus Baha dalam bahasa Jawa.

Pernyataan itu, tutur Gus Baha, berarti seakan akan Allah pelit memberi hidayah. Itu merupakan masalah besar dalam ilmu husnudzon billah, atau berprasangka baik terhadap Allah.

"Bentuk was was misalkan saat mengaji kita tidak paham-paham itu kan membuat hati tersiksa. Tapi kalau dipikirkan sisi positifnya dengan mengingat bahwa orang yang mengaji didoakan langit dan bumi, didoakan ikan-ikan. Maka dengan mengaji sekalipun tidak kunjung paham maka tetap akan mendapatkan ganjaran. Sebab dengan mengaji itu melebur dosa dan mengangkat derajat. Tidak penting seberapapun derajatnya," tukas Gus Baha yang juga pengasuh Pondok Pesantren LP3IA, Rembang Jawa Tengah ini.

Gus Baha melanjutkan, di zaman akhir seperti ini masih lebih bagus ada orang yang jauh-jauh naik motor puluhan kilometer ingin mengaji. Di saat banyak orang ke Singapura atau ke Bali hanya untuk dugem. Meskipun seringkali sudah jauh jauh datang mengaji dengan berbagai kesulitan tapi juga tidak paham. Itu merupakan hal yang hebat dan luar biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline