Lihat ke Halaman Asli

Zabidi Mutiullah

TERVERIFIKASI

Concern pada soal etika sosial politik

Puasa Belum Sempat Ibadah Sunnah, Jangan Khawatir

Diperbarui: 5 April 2022   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Puasa Belum Sempat Ibadah Sunnah, Jangan Khawatir

Ketika datang ramadhan atau bulan puasa, masjid tiba-tiba penuh. Mushalla tidak muat. Jamaah meluber hingga keluar halaman. Utamanya dikala masuk waktu isyak, sebagai persiapan solat tarawih. 

Kondisi tidak jauh beda, juga kelihatan saat habis makan saur, hendak iktikaf di masjid, tahajjud dan solat shubuh. Sebuah kebiasaan yang lumrah terjadi di Indonesia. Biasanya, dilakukan ramai-ramai. Bareng seluruh anggota keluarga. Atau teman sejawat. Bisa juga oleh satu komunitas profesi tertentu.

Ironisnya, semangat itu maksimal terjadi hanya diawal-awal bulan ramadhan. Tepatnya sepuluh hari dimuka. Setelah masuk sepuluh hari ditengah, apalagi akhir, kembali sepi. Orang sudah pada asik belanja baju. Ada pula yang sibuk buat kue. Juga repot bersih-bersih dan ngecat rumah. Sebagai persiapan menyambut tamu yang hendak main lebaran. Lalu, saat pasca ramadhan, kuantitas jamaah masjid dan mushalla kembali seperti biasa. Tidak ada lonjakan.

Namun demikian, meskipun hanya diawal, cukup membuktikan bahwa semangat warga muslim Indonesia untuk mengisi bulan puasa dengan ibadah sunnah, sangat tinggi. Bahkan saking semangatnya, hampir semua kegiatan seperti dzikir, baca Quran, solawatan, istighfar, bahkan tidur sekalipun, dikaitkan dengan rukun islam ketiga ini.

Tidak salah juga sih. Karena ada dalil yang menguatkan tumbuhnya semangat itu. Simak dua hadits HR. Bukhari Muslim berikut ini. Rasul SAW. bersabda, "Apabila masuk bulan ramadhan, maka pintu-pintu neraka ditutup, dan setan dibelenggu". 

Juga hadits ini : "Barang siapa yang pada bulan itu mendekat diri kepada Allah dengan suatu penghargaan, nilainya seperti orang yang melakukan perbuatan yang diwajibkan pada bulan lainnya. Dan barang siapa yang melakukan suatu kewajiban pada bulan itu, nilainya sama dengan 70 kali lipat dari kewajiban yang dilakukannya pada bulan lainnya..".

Makanya, himbauan yang muncul saat ramadhan adalah, berlomba-lomba menuju kebaikan. Fastabiqul khairat. Agar kelak, timbangan kebaikan lebih berat dibanding keburukan. 

Dimana, berat timbangan itulah nantinya yang akan membedakan ciri orang beriman dengan yang kufur, yang jujur dengan yang munafik, yang bertauhid dengan yang syirik dan yang adil dengan yang dholim.

Namun demikian, semangat mengisi kegiatan ibadah di bulan ramadhan kadang dipahami secara salah kaprah. Keliru persepsi. Hingga akhirnya mengganggu kewajiban lain. Anda yang karyawan sebuah lembaga, biasanya rajin penuh semangat masuk kantor. Nyaris jarang absen. Lima hari full dalam seminggu, dari senin hingga jumat. Tapi ketika puasa, jadi berubah drastis. Seminggu masuk kadang cuma tiga atau malah dua hari saja.

Yang punya profesi selain karyawan, juga sama. Sebelum puasa penuh semangat.  Anda yang petani, tiap pagi rutin bawa cangkul pergi ke ladang hendak olah sawah. Yang pedagang, rajin keluar rumah buka toko ingin layani pelanggan, Yang ojol, aktif cari orderan agar sukses capai target. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline