Lihat ke Halaman Asli

Fenomena : Mahasiswa, Skripsi, dan Dunia Kerja

Diperbarui: 24 Juni 2015   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sudah 5 bulan saya lepas dari gelar "mahasiswi" tapi terasa sangat lama. Ada beberapa faktor yang membuatnya terasa lama karena apa, karena saya masih "pengangguran". Sekarang status saya sudah berubah, saya adalah seorang "istri" dan "calon ibu". Sungguh status yang sebenarnya masih jauh dari angan fikiran saya tahun-tahun sebelumnya. Target saya menikah di umur 25, tapi Allah telah menetapkan jodoh saya di usia 23 tahun.

Berbicara tentang mahasiswa, teringat jelas 6 bulan yang lalu saya masih sibuk dengan ujian kompre dan sebagainya. Pusing dengan hasil penelitian, teori dan konsep lainnya. Saya hanya berfikir bagaimana caranya saya bisa cepat lulus, dan alhasil saya memang mahasiswi yang paling cepat lulus bersama kedua teman sekelas. Saya kurang memikirkan bagaimana nasib saya ke depan dengan predikat S.Pd dari jurusan saya. Dengan IPK tertinggi yang saya bawa, saya merasa pe-de untuk melangkah tanpa menyiapkan bekal-bekal karir lainnya untuk pekerjaan yang menjanjikan. Akhirnya saya masih pengangguran, walaupun saya boleh berkilah "pengangguran" ini bukan karena saya tidak kompeten dalam hal apapun tapi karena saya memang harus sejenak fokus dengan status baru saya "calon ibu". Kalau tidak kasihan baby kecil kalau saya masih tetap berambisius mengejar karir.

Meskipun demikian, fenomena ketimpangan antara dunia pendidikan dan dunia kerja yang diharapkan telah menjadi momok di negara ini. Bagaimana tidak, di akhir tahun 2012 jumlah pengangguran sarjana mencapai 780.000. Sungguh memprihatinkan, apa yang salah dari hal tersebut? salah ambil jurusan kah? kurangnya keterampilan kah? terbatasnya lowongan kerja kah? kurang relevannya jurusan yang banyak di ambil dengan kebutuhan tenaga kerja di lapangan kah? ya sekiranya mungkin karena itu semua.

Saya merasa cemas, tidak hanya mencemaskan diri saya sendiri namun juga mencemaskan teman-teman saya serta junior-junior saya yang masih sibuk dengan tittle "mahasiswa"nya. Apalagi mereka yang hanya menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang).  Sebagai mahasiswa sangat penting untuk terbuka dengan dunia di luar sekitarnya, khususnya tentang bagaimana kebutuhan dunia kerja sekarang ini. Mahasiswa harus pandai mencari link dengan cara menjalin komunikasi dengan pihak-pihak yang berpengalaman dengan pekerjaan yang sesuai dengan jurusan yang kita tekuni.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline