Lihat ke Halaman Asli

Yusnawati

Pengagum kata

Kabar dari Nahrul Barid

Diperbarui: 14 Juli 2020   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KABAR DARI NAHRUL BARID

Yusnawati 

Sudah seminggu ini kawan, aku merindukan suasana desa. Kangen sama hawa sejuknya, alam pemandangannya dan kebiasaan pagi di sana. Karena adanya pandemi, perjalanan mudik batal, banyak stay di rumah.

 Memanfaatkan waktu luang dengan menyelesaikan naskah yang tertunda dan mendengarkan kajian online. Untuk mengobati kerinduan, biasanya googling atau buka instagram kemudian memandangi foto-foto itu sembari membayangkan berada di sana.

Pagi ini, entah apa yang menggerakkan hatiku. Tiba-tiba aku juga rindu dengan saudaraku di selatan jalur Gaza. Sudah lebih dari tiga bulan aku tak tau kabarnya.

Padahal biasanya, aku rajin nonton channel youtubenya Muhammad Husein Gaza. Untuk sekedar melihat kondisi saudaraku di masa pandemi. Dan hari ini rasanya tepat sekali, video yang kutonton pertama kali saat aku membuka youtube adalah tentang desa terpencil di jalur Gaza.  Entah suatu kebetulan atau tidak. Di saat aku rindu desa. Ternyata ada kondisi desa di jalur Gaza yang cukup memprihatinkan.

Desa itu namanya, Nahrul Barid berada di Khan Younis. Sebuah desa yang jauh dari gambaran kesejukan dan keindahan alamnya. Di desa itu berdiri bangunan rumah berukuran 4x4 meter dihuni oleh sepuluh orang anggota keluarga. Bisa dibayangkan sesaknya rumah itu. 

Apalagi para penghuni rumah itu, kebanyakan anak- anak dengan usia antara dua hingga delapan tahun. Dengan fasilitas jauh dari kelayakan. Tumpukan barang-barang bekas berserakan di mana-mana. Atap rumah ditutup seadanya dengan seng. Apabila panas akan terasa terbakar di kulit, belum lagi kamar mandi dan wcnya sangat kurang layak.

Sepertinya bangunan rumah di desa ini bekas pemboman tentara-tentara zionis yang kemudian masih dipertahankan dan ditempati. Terlihat banyak barang-barang rongsokan di mana-mana. Dinding-dinding rumah yang sebagian hancur, hanya ditutupi kain agar tidak terlihat dari luar. 

Meskipun dengan kondisi serba kekurangan dan diblokade, tapi anak-anak di sana selalu tersenyum tak menampakkan wajah-wajah kesedihan. 

Mereka bermain dengan fasilitas seadanya. Ada yang bermain di atas di tumpukan mobil bekas yang sudah hancur, bermain sepeda, ada juga yang hanya berdiri melihat teman-temannya. Rasanya tak pantas untuk mengeluh, jika melihat kondisi saudara kita di Gaza.     

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline