Lihat ke Halaman Asli

Yusep Hendarsyah

Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Go Digital ! Ketika Sekolah dan UKM Butuh Teman Digital , Refleksi Pribadi tentang Pentingnya Digitalisasi yang sederhana dan Merata

Diperbarui: 23 Juni 2025   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto : Pak marjuki pkbm insan maarif

"Bro, bantuin gue dong. Lagi mau bikin sekolah nonformal buat anak-anak punk. Paket A, B, C gitu."

Kalimat itu dilontarkan oleh sahabat saya, Rano, yang sudah lama aktif di dunia pendidikan daerah di wilayah Banten. Ia punya niat besar untuk menghadirkan pendidikan alternatif bagi mereka yang tersisih dari sistem formal---dan kali ini, ia ingin melakukannya dengan pendekatan yang lebih modern.

Saya menjawab spontan, "Boleh."

Bukan karena saya tahu semua jawabannya, tapi karena saya paham betul bahwa niat baik seperti itu harus dijemput, bukan ditunda.

Pendidikan di Era Digital Keniscayaan, Bukan Pilihan ?

Sejak pemberitaan DeepSeek, platform kecerdasan buatan asal Tiongkok dalam beberapa waktu menjadi pemberitaan hingga kini, membuat saya kritis bahwa teknologi bisa secanggih itu untuk dioperasikan. Hampir semua lini kehidupan telah menyentuh ranah digital. Dunia pendidikan pun tak bisa tinggal diam. Di kota besar, pembelajaran daring sudah menjadi kebiasaan. Tapi di daerah-daerah, masih banyak sekolah yang bergelut dengan keterbatasan akses, infrastruktur, bahkan belum mengenal apa itu Learning Management System (LMS).

Saat mendampingi Rano dalam beberapa kunjungan ke calon lokasi sekolahnya, saya semakin yakin: masalah utamanya bukan pada semangat guru atau murid, tapi pada akses teknologi yang belum merata dan minimnya pendampingan teknis.

Memiliki Angan -- angan mempunyai Platform Sendiri

Bayangkan jika sekolah-sekolah swasta di pelosok bisa punya sistem pembelajaran online sendiri. Tentu kata mewah, ribet sudah menjadi ucapan usang. Dengan memakai kecukupan platform sederhana yang bisa menyimpan materi, menyalurkan tugas, mencatat kehadiran, dan memudahkan interaksi antara guru dan siswa semua bisa happy dalam probabilitas yang sama dalam meraih penddikan .

Banyak guru dan pengelola sekolah di daerah sebenarnya memiliki keinginan itu. Tapi confused lieur kalau dalam Bahasa Sundanya. Pusing mulai dari mana.

Mahal? Ribet? Tidak ada signal , tidak ada internet stabil? Masalah klasik, tidak ada yang mendampingi? Pertanyaan-pertanyaan itu sering muncul.

Sampai akhirnya saya mulai mendengar tentang berbagai solusi sederhana, melokal yang mencoba menjawab persoalan itu---salah satunya adalah dari inisiatif digital yang dirancang untuk membantu UMKM dan institusi pendidikan secara bersamaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline