Lihat ke Halaman Asli

Yusep Hendarsyah

Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Saya Menabung buat Pergi Haji, Itu Saja

Diperbarui: 3 September 2017   07:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

menabung untuk berhaji hampir pasti dilakukan oleh semua orang yang ingin mewujudkan mimpinya ke tanah suci, tentu saja ini butuh tekad yang bulat dan kuat, sumber foto :infoperbankan.com

Menjelang  pertengahan akhir bulan, setiap kita yang sudah bekerja pasti ada kesamaan yaitu mulai menipisnya uang di dompet . Ini berlaku umum dan biasanya hal yang untuk orang banyak itu  bersifat abadi karena banyak dilakukan oleh mayoritas. Maka dari  itu ada satu  istilah juara, yaitu seseorang yang mendapatkan kemenangan dari suatu pertandingan atau perlombaan.

AWALNYA BERUPA IMPIAN

Sejak  kecil dari pra sekolah hingga saat ini, saya membiasakan diri untuk menabung  baik itu masih berbentuk celengan  dari tanah liat hingga menabung di Bank . Nah uniknya, saat  berada di bangku SMP  sekelas dengan teman seorang keturunan yang mengenalkan saya dengan salah satu Bank Pemerintah , Bank Rakyat Indonesia (BRI), Saya pun membuka tabungan Simpedes (Simpanan Masyarakat Pedesaan ) Saldo pertama saya adalah  RP 2500 rupiah dan hingga kini saya kangen sekali dengan suara bunyi printernya. Benar benar khas. Hehehehehe 

Saat SMU, karena sering diminta tolong oleh Bapak untuk sekadar mencairkan Cek, Giro,Bilyet . Sayapun akhirnya tahu betapa orang tua susah untuk memercayai orang karena saking seringnya cek yang saya berikan ke Bank untuk dicairkan ternyata cek kosong.

Seringnya saya bulak balik ke Bank memberi ketertarikan dan akhirnya saya membuka tabungan di Bank Tabungan Negara tersebut, dilalahnya ini berterus sampai saya diterima kuliah di Lampung. Di wilayah pemekaran Simatera Selatan inilah  saya menghabiskan 9 tahun kuliah dan bekerja, tempat kuliah saya ini kampusnya  telah  bekerjasama dengan Bank BNI, maka sayapun membuka  rekening di bank ini.  Terus saja demikian sampai saya punya buku tabungan di 5 bank yang berbeda termasuk Bank milik Swasta.

Suatu ketika, saat bekerja sebagai  konsultan dan berhubungan dengan pihak luar termasuk teman teman yang bekerja di sebuah Program  World Bank , saya bertemu dengan Mas Ivo, dari dia pula info tentang pengelolaan uang yang benar itu seperti apa.  "Kamu punya banyak tabungan di Bank yang berbeda ya"?

Saya pun mengiyakan pertanyaan dia dan balik bertanya "Iya benar, memangnya kenapa?"

"Sayapun saat seusia kamu di usia 23 tahun memiliki sama apa yang kamu lakukan saat ini, dan saya yakin di setiap akhir bulan uang kamu malah tak bersisa, kalaupun masih ada itupun hanya sedikit saja" Bahas Mas Ivo panjang.

"Yang jelas, hamper 80 persen anak muda di Indonesia menggunakan pola yang sama, yaitu konsep 80 :20".Tambahnya lagi.

"Apaan tuh 80 : 20, tolong ajarkan saya!" Pintaku seraya menghentikan kerjaan di depan laptop.

Ya, seseorang yang memiliki penghasilan, tentu akan membaginya dengan memisahkan mana  untuk kebutuhan dan mana yang akan di saving (tabung). Taruhlah, dari 10 juta rupiah gaji yang didapatkan 8 juta rupiah untuk kebutuhan sehari- hari dan 2 juta rupiah untuk ditabung. Biasanya di akhir bulan, uang tabungan  20 persen itu terpakai untuk memenuhi yang 80 persen tadi. Ya, hang out lah, menonton dengan teman teman, menraktir makan, beli handphone baru, dipinjam saudara lah dan lain sebagainya. Akhirnya setiap bulan orang tersebut akan tetap sama  tetap menabung tapi tak pernah terkumpul,  habis lagi habis lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline