Lihat ke Halaman Asli

Yus Ibnu Yasin

Konsultan Budaya Dan Organisasi

Mengapa Membangun Budaya Organisasi Itu Penting?

Diperbarui: 8 Maret 2021   15:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pak TP rahmat, seorang pemimpin kharismatik yang kiprahnya sebagai pimpinan Astra group telah diakui oleh nusantara, pernah menyampaikan tentang pesan kunci bahwa kesuksesan sebuah organisasi, lembaga, instansi, perusahaan skala besar maupun kecil sangat tergantung dari dua hal yaitu leadership dan culture. Kepemimpinan dan budaya organisasi. Dan dua hal tersebut harus ditopang dengan 1 hal penting yaitu komunikasi

Dalam membangun budaya organisasi, Pak TP rahmat selalu sampaikan konsep top down, artinya leader wajib hadir, leader bertanggung jawab penuh mengawal proses perubahan yang ada. 

Bagaimana caranya? Bottom up participation yaitu minta ide, masukan, gagasan ke tim di bawahnya. Karena bisa jadi tim punya masukan yang tidak pernah terfikir oleh leader. Apalagi tim nya dipenuhi oleh para millenial yang punya pemikiran liar. Namun itu semua tidak ada artinya bila seorang pemimpin dia tidak mengawalinya melalui personal leadership, dimulai dari memimpin diri sendiri maka ia akan bisa memimpin orang lain. Siapa yang tidak selelesai dengan dirinya maka tidak akan bisa menyelesaikan permasalahan orang lain.

Maka ketika kita bicara organisasi, kita bicara manusia. Ketika kita bicara manusia kita bicara bagaimana membangun budaya disana, inilah culture implementation. 

Budaya tidak sebatas artefak,apalagi sekedar membuat website, budaya seharusnya dibuat atas dasar core values. Core values atau nilai nilai yang menjadi panduan dalam mencapai target dan visi orngaisasi. Values tidak sekedar angka, ia harus di impelemtasikan menjadi sebuah kerja nyata, itu action Nah bagaimana langkah membangun Action ? Sebuah langkah yang bisa kita ambil untuk tetap bertahan dan mecapai target di tahun ini ? How to Shifting behaviour in pandemic ? Kan budaya nya sudah beda, perubahan terjadi di banyak segmen dan elemen. Dulu kita rindu cuti Sekarang rindu ngantor. Dulu kita sering pelukan ketika awal pertemuan, sekarang harus menjaga jarak agar aman. Dulu kita nyinyir dengan cadar, hari ini kita sadar betapa pentingnya masker untuk menjaga dari penularan virus.

Nah itu semua harus dimulai dari CEO, leader, pemimpin organisasi. Contoh : setiap hari ada morning briefing, dan didalamnya ada message from CEO. Bagaimana mentransfer energi visi misi dan nilai organisasi kepada tim adalah sebuah keniscayaan, sebuah keharusan. Untuk membangun kohesiveness atau kesatuan hati dan visi. Menyatukan mimpi bersama, sungguh High tech penting High touch lebih penting ya. Semua itu harus disampaikan tidak sekedar dengan head tapi juga dengan heart, disinilah inti komunikasi, seorang leader membuka saringan kerja yang luas. Sebagus apapun visi organisasi, tapi komunikasi yang baik maka pencapaian visi tidak akan maksimal.

Maka membangun budaya tidak akan pernah lepas dari faktor kepemimpinan dan komunikasi. Biasanya Transformasi dalam organisasi selalu dilakukan pada dua sisi yaitu sisi Bisnis dan sisi budaya dan kesalahan terbesar sebagian organisasi adalah mereka lebih fokus ke transformasi bisnis padahal yang paling bermasalah bukan strategi, bukan struktur bukan sistem, namun orang orang yang menjalankan sistem strategi dan struktur yaitu manusianya, SDMnya, People nya, orang orang yang ada didalam organisasi tersebut.

Organisasi tak kan berubah, orang orang nya yang akan berubah. Contoh di RSUP DR KARIADI ada budaya cuci tangan untuk setiap insan kesehatan, ini terjadi sebelum pandemi. Di salah satu bank terbesar di indonesia, disana ada budaya sungkan ngomong, maka dimunculkan oleh agen perubahan untuk menaikkan tagar #ngobrolajadulu.

Inilah gaya gaya komunikasi yang sangat relevan dengan hari ini, yang sebagaian bagian dan posisi sudah diduduki oleh millenial. Maka biarkan mereka masuk komunitas komunitas yang sesuai dengan passion mereka. Futsal squad, digital marketing squad, kuliner squad dan lain lain.

Lalu apa indikator keberhasilan implementasi budaya di sebuah organisasi ? Maka jhon kotter seorang profesor dari harvard university sampaikan sebuah perusahaan dinilai berhasil jika kinerja meningkat dan engagement karyawan pd organisasi meningkat membangun Budaya kerja tidak ada yang instan, tidak ada shortcut, prosesnya panjang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline