Lihat ke Halaman Asli

Yupi Anesti

Universitas Pendidikan Indonesia

Musuh yang Tak Terlihat: Humor Seksis sebagai Kekerasan Simbolik

Diperbarui: 29 April 2024   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: PEXELS

Humor seksis merupakan bentuk pesan melalui perkataan (verbal) maupun melalui bahasa tubuh (non verbal). Humor seksis bertujuan merendahkan, menstereotip, dan mengobjektifikasi seks atau identitas gender tertentu yang dapat berakibat pelecehan.

Namun, humor seksis ini ternyata masih dianggap hal yang biasa oleh suatu kelompok dengan dalih agar percakapan menjadi lebih seru dan hanya sebuah lelucon. Sering kali individu yang merasa dijadikan sebagai objek malah dianggap 'baperan' dan menganggap individu tersebut tidak bisa diajak bercanda. Pemikiran inilah yang membuat humor seksis ini masih menyebar di sebagian besar masyarakat.

Humor seksis termasuk ke dalam kekerasan simbolik. Konsep kekerasan simbolik ini dikembangkan oleh Piere Bourdieu. Kekerasan simbolik ialah kekerasan yang tidak terlihat, tetapi dilakukan secara berulang di kehidupan sehari-hari. Kekerasan simbolik tidak terlepas dari konsep habitus yang artinya struktur kognitif yang dapat menghubungkan individu dengan aktivitas sosial tertentu dan menjadikannya kebiasaan yang tidak perlu dipertanyakan kembali.

Di dalam penelitian yang membahas tentang humor seksis yang dilakukan oleh Amelia et al., (2021) terdapat kejadian-kejadian yang terjadi di lapangan tentang penampilan yang dapat dijadikan humor seksis. Stereotip yang mengandung persepsi mengenai gender berpengaruh dalam terjadinya humor seksis di kalangan mahasiswa seperti gestur dari salah satu gender laki-laki tidak seperti gestur dari apa yang telah di stereotipkan bahwa laki-laki itu harus gagah dan terlihat berwibawa.

Tanpa disadari kekerasan simbolik ini telah dinormalisasikan menjadi habitus para pelaku hingga berulang-ulang sampai pendengarnya tidak merasa asing lagi dengan apa yang dilakukannya. Padahal kenyataannya hal tersebut merupakan humor yang dapat menyerang seksualitas baik perempuan maupun laki-laki, yang tentunya dapat mengganggu dan merasakan perasaan yang tidak nyaman dengan humor-humor yang bersifat seksis tersebut.

Referensi:

Amelia, P., Ritonga, H. J., & Walisyah, T. (2021). Humor Seksis Pada Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Angkatan 2019-2020 Menurut Perspektif Komunikasi Islam. Jurnal Perpustakaan Dan Informasi, 2(2), 84--89.

Aprianti, R., & Ginting, E. (2022). Humor Seksis.

Novarisa, G. (2019). Domination of Patriarchi in the Form of Symbolic Violence on Women in Soap Operas. Bricolage: Jurnal Magister Ilmu Komunikasi, 5(2), 195--211. https://journal.ubm.ac.id/index.php/bricolage/article/download/1888/1571




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline