Lihat ke Halaman Asli

Yunriza

Belajarlah dari kegagalan, jangan jadi pecundang

Yakin Nggak Mau Kerupuk Jengkol?

Diperbarui: 11 November 2020   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Ada begitu banyak orang yang menyukai kerupuk, Siapa sih yang tidak suka? Sebagai orang biasa yang  tinggal di desa pasti mengenal dengan yang namanya kerupuk, sedari kecil kita sudah di kenalkan oleh orang tua kita dengan cemilan/panganan yang satu ini.

Jadi tidak heran kebanyakan orang menyebut kerupuk adalah makanan masyarakat kalangan bawah. Dan bahkan terkadang sebagian dari kita  bisa makan nasi dengan lauk nya yaitu kerupuk.

Menurut cerita kerupuk itu berawal dari kisah nyata satu keluarga miskin yang memiliki banyak anak. Sehingga untuk bertahan hidup saja mereka harus rela makan nasi dengan lauk sawut (ketela pohon yang diserut/diparut) yang diolah menjadi kerupuk.

Sekarang kita mengenal begitu banyak jenis kerupuk, ada kerupuk udang, kerupuk kulit, kerupuk melarat, kerupuk jengkol dll. Dalam  artikel ini khusus membahas tentang kerupuk/emping jengkol

Berbicara mengenai  jengkol, ada baiknya kita mengenal dulu asal usul buah yang mempunyai aroma khas ini, apabila dimasak banyak digandrungi sebagian besar orang kita.

Jengkol atau Pithecollobium Jiringa atau Pithecollobium Labatum, merupakan jenis tanaman khas wilayah tropis  Asia Tenggara. Pohon ini berbuah secara musiman, antara November hingga Januari.

Pohon jengkol bisa kita temui di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, dan Thailand. Meski bisa dimakan, jengkol juga mengandung racun berasal dari asam jengkolat (L-Djengkolid acid).

Di Sumatra pohon jengkol tumbuh di lereng-lereng pegunungan Bukit Barisan, pekarangan dan ladang-ladang penduduk. Orang Sumatra belum terbiasa membudidayakan tanaman jengkol.

Mereka umumnya memperoleh biji-biji jengkol mentah dari tanaman liar di sekitar hutan, namun sekarang sudah banyak ditanami di pekarangan rumah-rumah penduduk.

Menurut ahli botani asal Inggris, Isaac Henry Burkill (1935) lewat buku catatan berjudul; Dictionary of the economic products of the Malay peninsula, jengkol selain dipakai sebagai lauk pauk, juga dipakai untuk obat diare dalam dunia medis, bahan keramas rambut, dan bahan penambah karbohidrat.

Jengkol mengandung antimikroba yang efektif melawan infeksi bakteri, jamur, parasit, maupun cacing yang membuatnya bisa memberikan manfaat untuk tubuh..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline