Lihat ke Halaman Asli

Kini Tiba Saatnya

Diperbarui: 10 Januari 2024   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

                                                                                                               KINI TIBA SAATNYA

Masih ingatkah kalian pada awal zoom ini. Kita mengenakan pakaian hitam putih, bak malaikat jibril. Hanya ada kita, dosen dan guru pamong dalam cerita ini. Kunang-kunang berubah ganih dan waktu seakan berhenti pada 29 September 2022. Kata-kata menjadi gelap dan makna pun kekal dalam pekat. Burung-burungpun enggan bernanyi dan menari karena awan hitam membuatnya malas. Apakah kalian tahu, cerita ini memekarkan rembulan, sedang gemintang berubah menjadi planet baru. Kalian  tahu, ini adalah amsal tentang riwayat kita dan cerita-certia yang tak kunjung usai kutulis.

Sore itu aku terus duduk di depan  leptopku, sembari menatap zoom meeting yang telah usai, merangkai kembali semua bayangan yang telah pergi. Sejenak aku berpikir apakah semua berakhir tanpa jejak-jejang bayangan tuk menghibur hati yang gundah. Ah, aku tidak tahu". Ku palingkan wajahku ke jendela yang terbuka, menatap setiap rintikan hujan yang kian lama kian deras mengguyur sepertian nyanyian kecil seolah-olah malaikat kecil sedang memainkan biolanya. Aku tahu apa itu, mungkin irama hujan yang memperdalam rasa sepi pada sore yang pergi dan malam mulai menjelang. Dalam kesunyian inipun aku bersemayam dalam kisah-kisah yang telah terlukis di setiap hati.

Pertemuan kita yang masih seumur jagung  dan kisah cerita yang indah penuh warna, canda dari guru pamong, dosen dan teman-teman, suka dan duka mengejar waktu dan jaringan internet, cerita tentang makan malam, cerita tentang kata "muter-muter" cerita tentang naik kelapa dengan paitua malam hari, cerita tentang pengangkatan Marlon menjadi kepala sekolah, ah, terlalu indah dan manis tuk dilupakan. Dan akupun menyadari Tuhan telah mempertemukan kita dalam ruang zoom ini.

Tanggal 29 September 2022 tanda awal redupnya link zoom metting. Seketika itu keheningan menyergap diantara kita. Tak ada lagi terdengar suara bahkan bisikanpun tiada, terlalu dalam suasana ini, ingin ku robek  kesunyian ini, tapi apalah dayaku. Hatikupun tesentak bak hentakan bom yang begitu dasyat mendengar kalimat-kalimat sederhana yang diucapkan oleh dosen dan guru pamong, lirih, pelan namun pasti.

"Pak Dosen: ibu ketua, apakah kita tidak ada zoom meeting lagi"?

"Ibu Ketua : Tidak ada lagi, Pak. Nanti di bulan Desember bari kita bertemu lagi"

Pak Dosen : "Oh, ya?. Kalau begitu Bapak mohon maaf jika selama pertemuan kita ada kata-kata yang mneyakiti teman-teman semua, teruslah berjuang sampai kalian mencapai hasil yang maksimal. Bapak akan membantu. Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini, Bapak tetap doakan kalian, semoga kalin tetap sehat dalam meraih impian kalian

"Ibu Pamong: Ibu San dan teman-teman, saya juga mengucapkan terimakasih atas kebersamaan kita selama ini, saya juga teringat akan setiap canda, tawa dan dukanya kebersamaan kita selama ini. ibu harapkan kalian tetap sehat, teruslah berjuang, jangan lupakan setip kenangan yang ada. Meskipun pertemuan kita hanya lewat zoom meeting, tapi Ibu merasa senang bisa bertemu kalian di sini. Ibu akan tetap mendukung dan membantu kalian sampai kalian mencapai hasil yang diinginkan. Ibu mohon maaf, jika ada kata-kata yang salah atau sikap yang salah selama kebersamaan kita ini bersalngsung."

"Pak Dosen dan Guru Pamong: sampai jumpa di bulan Desember. Kita tetap mendukung kalian dan perjuangan ini. sampai jumpa, da, da, da...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline