Lihat ke Halaman Asli

Yuliyanti

TERVERIFIKASI

Yuli adja

Di Balik Nikmat Kepulan Asap Rokok, hingga Dampak Terburuk, Cuci Paru-parumu Sejak Dini

Diperbarui: 27 Oktober 2021   16:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar www.mediajabar.com

Kata orang "Sebatang rokok tenangkan hati, saat kepulan asap membumbung tinggi  jadikan inspirasi."


Suami saya ada kalanya menyulut sebatang rokok usai menyantap makanan pedas. Katanya, al ududu wajibun bada akl yang artinya, "rokok itu wajib sesudah makan. Begitu kurang lebihnya.

Benarkah, kawan?

Tanpa disadari bahaya merokok mengintai kesehatan. Rasanya sudah banyak yang tahu, kepulan asap menumpuk berakhibat fatal. Bahkan, nyawa bisa melayang.

Kejadian serupa terjadi pada bapak saya. Peristiwa ini terjadinya 13 tahun silam.
Bapak bisa dibilang perokok(tingwe) dalam bahasa jawa nglinteng dewe.

Di desa orang tua pada umumnya, meramu racikan cengkih, serbuk uwur, tembakau, dan kertas sigaret lalu dilinting(digulung) menyerupai rokok olahan pabrik.

Kebiasaan ini dilakoni sejak lama, saat pagi buta secangkir teh berteman sebatang tingwe menemani sebelum aktivitas. 

Bahkan, bapak tidak pernah sarapan nasi, paling nyemil gorengan setiap pagi.

Bapak sosok pendiam, penyabar juga pekerja keras. Mendiang tidak pernah mengeluh apalagi mengeluhkan sesuatu yang serius(sakit)

Pada waktu itu, senin dini hari, usai bermunajat, beliau memasak mie instan sendirian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline