Lihat ke Halaman Asli

Yuli Anita

TERVERIFIKASI

Guru

Kereta Api, Menyimpan Banyak Cerita dan Kadang Juga Drama

Diperbarui: 30 September 2022   06:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Stasiun Malang, Sumber gambar: Liputan 6.com

Kami duduk di depan stasiun kereta sambil melihat lalu lalangnya manusia. Semua sibuk. Ada yang datang, ada yang siap berangkat. 

Ada yang berwajah sedih karena akan melepas kepergian seseorang, atau bahkan dirinya sendiri yang akan pergi. Ada pula yang wajahnya tampak berseri karena telah kembali dari perjalanan jauh dan kini saatnya untuk kembali melepas rindu dengan orang-orang tercinta.

"Tiket tidak lupa? " tanya saya. Yang ditanya sejenak meraba saku jaketnya.
"Sampun, "
"KTP? "
Yang ditanya tersenyum.
"Sampun, Buk, "
Ya, tiket dan KTP selalu saya ingatkan ketika anak-anak akan naik kereta api karena di dalam kereta selalu ada pemeriksaan.
"Jaga kesehatan ya Le.., jangan lupa makan, sering wa Ibuk ya.. "
"Tidurnya jangan malam-malam.., " tambah saya lagi.
Anak saya tersenyum sambil mengangguk.
"Ibuk selalu menganggap aku masih kecil, " mungkin seperti itu yang ada dalam benaknya.

Dan beberapa menit kemudian lagu kedatangan kereta api terdengar. Melodinya begitu khas.

Kami segera berdiri. Sekali lagi kami berpelukan dan anak saya pun masuk ke dalam. Saling melambaikan tangan, tersenyum, memberi semangat, meski begitu badan saya balikkan selalu mata saya sedikit basah. 

Ya, kereta api Malabar  akan membawa anak saya berangkat ke Bandung.

Stasiun Kiaracondong Bandung, Sumber gambar: Ayo Bandung

Kereta api selalu menyimpan banyak cerita.Di masa kecil naik kereta api adalah sesuatu yang sangat istimewa bagi keluarga saya. 

Saya ingat ibuk selalu berjanji pada kami anak anaknya. "Nanti kalau Rioyo (lebaran) naik sepur ke Surabaya, kita ke kebun binatang., "

Aha, sebuah janji yang manis dan selalu kami nanti.

Suatu saat hal tersebut terlaksana. Kereta api saat itu jauh berbeda dengan sekarang. Yang saya ingat penumpangnya berjubel, ada beberapa yang berdiri dan penjual bebas keluar masuk. Yang dijual bermacam-macam mulai dari kacang, permen, kue-kue kecil, rokok bahkan obat anti mabuk.

Suasana begitu ramai, ditambah suara anak-anak kecil yang menangis karena kegerahan. Pengalaman pertama naik kereta api kurang menyenangkan bagi kami. Saya dan ibuk mabuk. Mungkin karena padatnya manusia dalam kereta api.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline