Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Santet Online

Diperbarui: 12 Maret 2020   09:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku menoleh cepat ke arah jendela kamar yang tirainya sedikit terbuka. 

Tak ada siapa-siapa. Padahal baru saja sudut mataku menangkap adanya pergerakan di luar, di antara bayang-bayang pohon dan tanaman hias koleksi ibu di halaman samping. 

Aku kembali menatap ke depan, berusaha berkonsentrasi menekuni tugas kuliahku pada layar laptop, meski perasaan tak nyaman tetap menggelayuti perasaanku. 

Ini sudah yang kesekiankalinya dalam dua hari ini. Kelebatan hitam yang melewati pintu kamarku, sosok samar yang menutupi pandangan namun menghilang saat aku berkedip, dan sesuatu yang bergerak cepat di belakangku yang walaupun tak terlihat tetapi tetap bisa kurasakan.

Aku mulai bertanya-tanya, apakah rumah yang baru  kami tempati selama tiga bulan ini berhantu?

 "Re, ayo makan." Suara ibu sedikit mengejutkanku.

 "Rea nggak lapar, Bu," jawabku sambil tersenyum pada wajah lelah ibu yang berdiri di ambang pintu.

 "Meskipun belum lapar, kamu harus tetap makan, Nak," ucap ibu, "nanti nggak bisa mengerjakan  tugas dengan baik, lho."

 "Iya ya..." ucapku sambil berpikir sejenak. "Rea juga bingung nih, tugas kuliah belum selesai-selesai juga. Padahal sudah dekat tenggat waktu. Rasanya malas sekali mengerjakannya."

 Ibu menghampiri dan mengusap kepalaku dengan lembut. "Mungkin kamu kecapekan ya, karena jarak dari rumah ke kampus kamu jauh. Kenapa nggak kost lagi saja? Ibu nggak apa-apa kok sendirian di rumah. Kan setiap akhir minggu juga kamu pasti pulang ke sini."

 Perutku sontak terasa mual. Cepat-cepat kuenyahkan ingatan tentang kamar kos ku yang telah kutinggalkan tiga minggu lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline