Lihat ke Halaman Asli

Yudo Mahendro

sosiologi, budaya, dan sejarah

Pandemi dan Krisis Ilmu Pengetahuan

Diperbarui: 1 Agustus 2021   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gerak peradaban selalu digilir, dari satu bangsa ke bangsa yang lain. Melalui kitab suci, kita belajar begitu banyak bangsa yang dahulu eksis memiliki peradaban yang tinggi kemudian hilang dan berganti.

Secara detail, Fitrof Capra, menjelaskan bahwa setiap peradaban memiliki titik balik atau pasang surut. Dalam dinamika itu, narasi menjadi salah satu elemen utama kemunculan peradaban baru.

Apa itu narasi? Narasi merupakan konsep besar yang memiliki fungsi sebagai penunjuk arah, karena didalamnya terdapat harapan dan cita cita kolektif. Tidak semua ide dan gagasan bisa menjadi narasi, narasi harus mampu sifgnifikan atau relevan dengan kondisi suatu bangsa. 

Dalam tradisi pemikiran post modern, Lyotard mengeritik narasi atau meta narasi sudah tidak lagi relevan dengan kondisi kehidupan manusia di era postmodern. Alasannya, universalitas atau totalitas yang ditawarkan oleh meta narasi ternyata tidak relevan dengan dinamika kehidupan. 

Lebih jauh, meta narasi bertanggungjawab atas kekacauan kondisi masyarakat dengan adanya peperangan, penindasan, dan kemiskinan structural. Hal ini dipahami karena narasilah yang menjadi legitimasi suatu kelompok untuk memaksakan kehendaknya bahkan dengan cara kekerasan. 

Setelah era ideologi runtuh, ilmu pengetahuan kemudian menjelma menjadi meta narasi yang terus melegitimasi dirinya melalui seperangkat sistem yang dimilikinya.

Dalam konteks pandemic ini, pengetahuan pun didekonstuksi. Basis pengetahuan yang memisahkan diri dari kekuatan religiusitas kemudian tergerus oleh nuansa spiritualitas yang meningkat akibat situasi yang semakin tidak menentu. Dalam situasi seperti ini, pengetahuan semakin jelas dimanfaatkan oleh segelintir manusia untuk mendapatkan keuntungan semata, bahkan dalam kondisi yang terburuk. 

Salah satunya ialah dugaan sebagian besar masyarakat atas produksi vaksin yang sesungguhnya hanya bertujuan untuk mendapatkan profit. Sebelum itu, kita di Indonesia telah berkali-kali dibuat bingung dengan beragamnya alat tes covid, mulai dari rapid test, rapid antigen, PCR, bahkan detector panas.

Sehingga tidak salah ketika banyak yang memperkirakan pandemic ini merupakan bagian dari perebutan kekuasaan global. Sesuatu yang lumrah terjadi dalam sejarah. Perebutan kuasa global tersebut sebagaimana tercatat dalam buku sejarah memang terbiasa memakan korban. 

Dalam dunia modern kita mengingat kolonialisasi  yang berujung pada perang dunia. Jauh sebelum itu, sejarah juga mencatat persaingan antar imperum, kerajaan, kesultanan, bahkan suku merupakan kisah yang masih banyak diingat karena karena tercatat abadi oleh memori kolektif pada masing-masing bangsa. Dengan demikian, ilmu pengetahuan sesungguhnya hanyalah instrument hegemoni suatu kekuatan kuasa.

 Ilmu pengetahuan merupakan ranah yang paling efektif untuk mempengaruhi masyarakat secara luas, yang kemudian dilanjutkan oleh media massa. Upaya untuk mengarahkan kesadaran manusia untuk tunduk dan patuh atas narasi yang dikembangkan oleh pemilik kuasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline